"Carilah hobi yang lebih berguna!" (Kakak Ipar Yongnam)
.
.
Exit berfokus pada Yongnam yang hidupnya gitu-gitu aja, menjadi seorang yang paling tidak berguna di keluarganya. Dalam sebuah situasi, ia "terjebak" untuk membuktikan diri sebagai seseorang yang berguna bagi orang di sekitarnya, termasuk orang yang pernah mematahkan hatinya.
.
.
Membawa label disaster movie membuat film makernya harus membawa sejuta ketegangan untuk para penonton. Dan bisa saya katakan, mereka berhasil. Simpati demi simpati muncul dalam kepulan tegang yang disajikan, adegan nyaris dan nyaris dihadirkan untuk memompa jantung penonton. Benar-benar menunjukkan bahwa yang mereka lakukan hanya sebatas kemampuan manusia biasa. Bukan adegan tegang yang me'lebay' untuk menyelamatkan diri dari maut.
.
.
Beberapa scene tegang memang diramu dengan bumbu komedi yang tuntas sekaligus menjadi kritik sosial bagi manusia zaman sekarang. Saat asap aneh muncul, semua orang berebut memotret, ribut berswafoto. Hirau akan bahaya yang akan muncul. Lain halnya ketika Yongnam bertaruh nyawa, alih-alih hendak menolong, keluarganya memilih merekam video dan membuat video call.
.
.
Pesan kemanusiaan dan pengorbanan cinta sungguh disuguhkan dalam bingkai yang pas. Egoisitas manusia dalam tekanan mempertahankan hidup diuji dalam film ini. .
.
Dengan CGI yang mumpuni membuat film ini tak sekadar hiburan kelas B. Cukup mendukung tikungan cerita yang disajikan.
.
.
Satu hal yang membuat saya kecewa di Exit, hanya karena menyebab asapnya menyebar yang tidak punya 'akar' kuat sebagai dasar cerita sebuah film disaster. .
.
Bila kamu suka film menegangkan berselip komedi, Exit akan melegitkan tawamu dan "menggigit" jantungmu di akhir pekan sebagai hiburan.
.
.
7.8/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H