.
Plot. Pengembangan alur cerita dari ala sinetron menjadi bentuk film patut mendapat pujian, Rano Karno berhasil mengawinkan kelindan cerita dari dua layar yang berbeda dengan cermat. Dengan konflik yang membuat para penonton terus berpikir pertanyaan "bagaimana sebaiknya cerita ini di akhiri dengan tanpa saling menyakiti?". .
.
Kemasan. Mempertahankan rasa dalam kemasan baru menjadi tantangan sendiri bagi tim produksi Karnos Film dan Falcon Pictures. Dalam kacamata saya, tim cukup berhasil mempertahankan rasa cerita keseharian tayangan sinetron dalam kemasan film. Meski sinematografi belum benar-benar digarap maksimal namun sudah cukup untuk mendukung alur cerita yang telah dikembangkan.
.
.
Penampilan. Bila membandingkan tiga bagian film Si Doel The Movie, bagian terkhir inilah yang bisa dikatakan paling prima dalam segi akting dari para pemain sehingga mampu memaksimalkan karakter dan peran dalam cerita. Satu, yang menurut saya kurang ada pada karakter untuk menghidupkan komedi di film drama ini. Guyonan yang muncul belum mampu untuk menghibur. Seharusnya ada komedian kekinian yang mampu mendampingi Mandra dan Opie Kumis untuk membuat banyolan lebih maksimal.
.
.
Nilai. Pilihan Si Doel dalam mengakhiri kisah cintanya yang panjang mampu menjadi contoh bijak pengambilan keputusan dalam usia matang ketika menghadapi masalah hidup. Bukan secara eksplisit, namun secara inplisit kita bisa belajar bahwa ada orang-orang yang selalu ada untuk kebahagiaan kita yang juga perlu kita perjuangkan kebahagiaannya. Jadi sudah tahu kan siapa yang dipilih Si Doel?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H