Orientasi studi dan pengenalan kampus atau yang sering kita kenal dengan istilah ospek, merupakan sebuah rangkaian pengenalan dunia perkuliahan kepada seluruh mahasiswa baru. Tentunya tujuan utama dari dilakukannya ospek adalah untuk mengenalkan para mahasiswa baru terkait dunia perkuliahan, lingkungan kampus, kebudayaan kampus, hingga penanaman nilai budi pekerti kepada mahasiswa baru. Ospek juga sering kali dijadikan sebagai wadah untuk mendapatkan teman baru.
Namun, sering kali tujuan utama dari dilakukannya ospek tidak berjalan semestinya. Banyak kita dapati kegiatan-kegiatan ospek yang lebih mengarah kepada kegiatan perpeloncoan. Visi dan misi dari ospek pun menjadi rancu karena tidak searahnya antara visi misi kampus dengan rangkaian kegiatan ospek itu sendiri. Ospek yang awalnya menjadi ajang untuk meningkatkan keakraban antar dan intra angkatan berubah menjadi ajang balas dendam antara kakak tingkat dengan mahasiswa baru. Perubahan tujuan dan substansi ospek menjadi salah satu fenomena dalam dunia pendidikan khususnya dunia perkuliahan.
Salah satu kasus yang sempat menyita perhatian masyarakat Indonesia beberapa waktu lalu adalah, didapatinya kegiatan yang sangat tidak searah dengan dunia pendidikan melalui aksi kakak tingkat yang meminta mahasiswa baru untuk meminum air dalam gelas secara bergantian. Alih-alih meminta mahasiswa baru untuk meminum air yang masih bersih, panitia justru meminta mahasiswa baru untuk meminum air dalam satu gelas yang sama secara bergantian, di mana setiap mahasiswa baru yang telah meminum air itu harus memuntahkan air itu kembali ke dalam gelas. Tindakan yang sangat tidak pantas dan bahaya ini terjadi pada kegiatan ospek di Universitas Khairun, 30 Agustus 2019.
Selain aksi tidak pantas tersebut, banyak kita temukan keresahan mahasiswa baru terhadap sistem ospek dalam kampusnya. Mulai dari penugasan yang sangat berat, sistem senioritas yang masih sangat kental, hingga permintaan-permintaan panitia ospek yang sering kali membuat para mahasiswa baru geleng-geleng kepala. Banyak dari mereka (mahasiswa baru) diminta untuk mengerjakan tugas yang teramat banyak dan dalam deadline yang sangat singkat. Ketika mahasiswa baru belum menyelesaikannya, kakak senior atau panitia dari ospek tersebut akan memarahi mereka, membentak mereka hingga menambah tugas bagi siapa pun yang belum menyelesaikan tugas sebelumnya. Jika kita perhatikan, tidak bisa terselesaikannya penugasan-penugasan ospek pada hari itu bukan menjadi kesalahan penuh mahasiswa baru. Kegiatan ospek dilakukan dari pagi hingga sore, bahkan setelah ospek selesai, mahasiswa baru tidak bisa langsung kembali ke rumah atau kos mereka. Terkadang mereka harus berkumpul guna menyelesaikan penugasan yang sifatnya angkatan. Ketika sudah sampai di rumah atau kos pun mereka harus segera mengerjakan tugas individu yang sangat banyak.
Sistem penugasan yang membebani mahasiswa baru justru akan berdampak pada kehidupan mahasiswa baru itu sendiri. Ketika mahasiswa baru disibukkan dengan segala tugas dan deadline yang mepet, mereka sering kali mengabaikan waktu untuk makan dan waktu untuk beristirahat. Ini yang berujung pada tumbangnya mahasiswa baru dalam kegiatan ospek. Sering kita temui mahasiswa baru yang sakit ketika mengikuti serangkaian kegiatan ospek. Tanpa kita sadari, hal ini dipicu oleh sistem penugasan dan sistem deadline tugas ospek itu sendiri. Dari sini kita bisa melihat bahwa adanya kecenderungan seseorang untuk abai terhadap kondisi orang lain, dan adanya sifat bodo amat pada kakak tingkat atau panitia ospek kepada mahasiswa baru masih tergolong tinggi.
Adanya kecenderungan ingin balas dendam terhadap apa yang senior rasakan sewaktu masih menjadi mahasiswa baru di kampusnya dipicu karena budaya senioritas yang tidak terputus. Mereka telah mendapatkan doktrin bahwa kegiatan-kegiatan yang seharusnya tidak dilakukan itu sah-sah saja untuk dilakukan. Adanya kecenderungan sifat mengiyakan segala sesuatu juga turut menjadi penyebab mengapa budaya ospek yang toxic akan terus ditemui setiap tahunnya. Dibutuhkan sikap tegas pada setiap mahasiswa untuk mengatakan "tidak" kepada kakak tingkat ataupun senior jika dirasa perintah atau penugasan yang diberikan tidak sesuai dan lebih mengarah kepada perpeloncoan. Sayangnya, rasa takut dan tidak enakan pada diri mahasiswa baru masih terlalu tinggi, mereka merasa tidak memiliki kuasa penuh akan diri mereka sendiri, sehingga apa yang kakak tingkat atau senior katakan pada mereka pasti akan mereka lakukan.
Sebagai seseorang yang berpendidikan., kita semua tahu bahwa ospek bukan ajang untuk membalas dendamkan apa isi hati senior kepada junior, atau menjadikan ospek sebagai bahan perpeloncoan bagi mahasiswa baru. Ospek dilakukan karena dasar ingin mengenalkan segala hal mengenai universitas, fakultas, hingga program studi. Oleh karena itu, sebagai seorang yang terdidik, kita harus memastikan bahwa hal yang tidak sesuai dengan logika kita, harus bisa kita suarakan guna kebaikan bersama dan memutus rantai ospek berujung perpeloncoan di Indonesia.
Wahyu Kurniawan/ 191221118
Fakultas Kesehatan Masyarakat
PDB-A37