Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Kuncoro

Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Membaca(kan) Cerita ke Anak: Tak Sekadar Ikut Daring

Diperbarui: 24 Maret 2020   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi via mojok.co

"Kalau ingin anakmu pintar, bacakan buku cerita; kalau ingin anakmu lebih pintar, bacakan lebih banyak buku cerita."

- Albert Einstein -

Dalam kurang lebih satu minggu ini, ruang percakapan kita dipenuhi ragam informasi pembelajaran daring. Akibat kebijakan yang dianjurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam merespon maraknya penyebaran virus corona, kegiatan belajar mengajar harus dilakukan di rumah. Komunikasi guru-murid paling mungkin dilakukan secara maya melalui pembelajaran daring.

Komitmen untuk terus 'belajar' dalam situasi darurat harus tetap ada. Dalam pengawasan yang minim oleh guru, anak-anak tetap diharapkan untuk terus belajar. Orang tua akan mendampingi anak belajar. Belajar seperti apakah yang diharapkan saat peran guru dan kapasitas pendampingan orang tua minim?

Membaca Cerita Juga Belajar

Dalam riuhnya semangat untuk terus mengajak anak-anak belajar, mungkin kita perlu menyelipkan pesan agar anak-anak membaca cerita. Hampir jarang sekali saya mendapatkan kabar ini. Pembelajaran daring menjadi sebuah euphoria. Pada praktiknya, kita masih bisa bertanya sejauh mana hal ini berlangsung dengan sebuah pertanggunjawaban pedagogis yang meyakinkan.

Saya mengalami, bahwa banyak guru di sekolah dasar masih tidak terbiasa dengan pemanfaatan teknologi informatika dalam praktik pembelajaran. Mengharapkan orang tua untuk menggantikan peran guru juga merupakan suatu kemustahilan. Orang tua akan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Kontrol guru secara regular juga tidak mungkin jika komunikasi yang mainstream dengan orangtua murid masih dengan Whatsapp atau telepon. Lho, kan ada perangkat untuk call meeting seperti zoom call meeting atau aplikasi lainnya? Iya! Tidak semua, bahkan sebagain besar guru tidak mengenalnya.

Kalau begitu, pembelajaran daring memang bukan hal yang mudah untuk menjamin 'sekolah' tetap berlangsung di rumah. Belajar, termasuk secara daring, akan berkutat pada aktivitas mental membaca materi, memahami secara mandiri, dan berlatih menjawab pertanyaan.

Secara psikologis, anak akan menghadapi situasi yang berat saat belajar. Sangat mustahil guru mampu memberi dukungan kepada setiap pribadi dengan menelpon satu-satu memantau aktivitas belajar anak, apalagi membuat meeting kelas secara maya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline