Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Kuncoro

Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Nadiem dan Gotong-royong Pendidikan

Diperbarui: 13 Maret 2020   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi masa depan pendidikan Indonesia. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Langkah maju dalam dunia pendidikan disodorkan lagi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem. Melalui program organisasi bergerak yang diluncurkan pada 10 Maret 2020 (Merdeka Belajar Episode ke-4), Nadiem membuka peluang kepada civil society untuk terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan tanah air. Konsep gotong royong yang mendasari program organisasi bergerak ini tidak sekedar jargon saja.

Telah sering pemerintah menyinggung bahwa tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan tidak hanya ada pada pemerintah melainkan juga ada pada masyarakat. Pada kenyataannya, keterlibatan masyarakat masih minim. 

Selama ini, kebijakan dan tata laksana dalam pendidikan ditentukan melalui standardisasi dari pemerintah. Best practice yang dikembangkan atau dihasilkan oleh pihak swasta belum mendapat tempat.  Masyarakat hanya menjadi penonton. Dua hal berikut perlu menjadi perhatian dalam program organisasi bergerak.

Kepemimpinan Pembelajaran

Gotong royong dari konsep pendidikan yang lebih merdeka dari Nadiem menjadi lebih dinamis. Banyak pihak dilibatkan melalui seleksi ketat dan transparan. 

Organisasi penggerak juga menghendaki adanya jaminan dampak terhadap perbaikan pendidikan. Kita semakin berharap bahwa semangat gotong-royong ini berbuah semakin produktif.

Di tengah kaburnya makna gotong-royong, khususnya dalam konteks pendidikan, kehadiran program organisasi bergerak memberi makna kembali kemitraan antara pemerintah dan non-pemerintah. 

Program organisasi bergerak mau membuktikan bahwa kelompok-kelompok masyarakat masih bisa diandalkan untuk berkolaborasi memperbaiki pendidikan.

Best practice di dunia pendidikan tak jarang justru diinisiasi oleh pihak-pihak swasta. Sayangnya, inovasi-inovasi yang dilakukan tidak popular di masyarakat atau pemerintah karena politik pendidikan kita masih berkubang pada standardisasi dari pemerintah beserta administrasinya.

Kini, menjadi momen baik bahwa kinerja di lapangan yang diinisiasi oleh lembaga-lembaga non-pemereintah bisa bersuara dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Kita perlu meraba-raba mengapa pilihan kata 'penggerak' menyeruak dari konsep Nadiem? Barangkali karena masyarakat kita punya semangat gotong-royong sebagai warisan nenek moyang kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline