Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Indah Retnowati

penulis yangs suka baca buku dan menonton film

Review The Hobbit: The Battle of the Five Armies

Diperbarui: 22 Februari 2019   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : www.tribunnews.com

Film apa yang bikin romantis? Kalau pendapat kamu adalah film tentang percintaan dengan adegan mesra dan tangis haru biru, maka saya berpikir sebaliknya.

Tidak semua film yang dijadikan tontonan dengan pasangan itu harus film dengan banyak drama. Buktinya film kolosal yang mengandung aspek sejarah seperti THE HOBBIT, pilihan saya ini bisa jadi pilihan keren loh. Pilihan saya jatuh pada serial ketiga  dari trilogi THE HOBBIT : THE BATTLE OF THE FIVE ARMIES. 

Dari judulnya saja sudah kelihatan kalau film ini adalah sekuel dari film HOBBIT yang sempat melegenda. THE BATTLE OF THE FIVE ARMIES adalah sekuel terakhir dari serial THE HOBBIT. Rilis tahun 2014. Sebelumnya sudah ada dua judul pendahulunya yaitu An Unexpected Journey (2012) dan The Desolation of Smaug (2013). Menurut saya, di sekuel ketiga inilah yang paling mencuri perhatian saya. Berikut ini sinopsis ceritanya. 

SINOPSIS CERITA 

sumber : www.cinemasiren.com

Awal review, saya mulai dari sinopsis ceritanya ya. Seperti yang saya katakan tadi. Ini cerita tentang petualangan bangsa Hobbit bernama Bilbo Baggins bersama para kurcaci.

Jika di The Hobbit sebelumnya, cerita berakhir di kota LAKETOWN yang dibakar habis oleh naga Smaug, maka cerita ini diawali dengan perjuangan rakyat Laketown untuk menyelamatkan diri dari semburan api naga Smaug. Ini tidak mudah. Karena Smaug dikenal mempunya kulit baja yang tidak bisa ditembus dengan senjata apapun.

Bard The Bowman yang sebelumnya dikurung di penjara oleh walikota rakus, akhirnya berhasil keluar dari penjara. Tapi dia tidak kabur seperti penduduk kota lainnya, melainkan mencari cara untuk memanah Smaug. Bain, anaknya yang mengetahui apa yang dilakukan sang ayah akhirnya turut membantu dengan memberikan panah hitam yang diyakini sebagai satu-satunya senjata yang bisa menembus kulit Smaug. Dan ternyata memang benar. Smaug akhirnya jatuh dan mati setelah jantungnya tertembus panah hitam. Berita kematian sang naga itu sangat menggemparkan dan sampai ke telinga para kurcaci yang kini menguasai gunung.

Thorin, pemimpin para kurcaci rupanya mulai gelisah ketika mendengar kematian Smaug. Terlebih berita bahwa penduduk Laketown bergerak menuju gunung untuk meminta emas yang dijanjikan oleh Thorin, sebagai balas jasa karena telah menyelamatkannya dari bangsa Orc. Tharin melanggar janjinya.

Thorin yang melihat sendiri banyaknya emas yang tersimpan di dalam gunung, akhirnya menderita "penyakit naga" yaitu rasa tamak yang luar biasa untuk menguasai emas itu sendirian dan tidak mau berbagi. Tharin memerintahkan semua pengikutnya untuk mencari Arkenstone. Permata raja yang diyakini sebagai puncak dari segala kekayaan emas yang ada di dalam gunung.

Arkenstone sebenarnya sudah ditemukan oleh Bilbo. Namun permata itu disembunyikannya dan tidak diberikan kepada Thorin, karena Bilbo melihat Thorin yang berubah tamak. Dengan kenekatannya, Bilbo akhirnya keluar diam-diam dari gunung dan menemui Bard dan bangsa peri untuk menyerahkan Arkenstone. Bilbo berharap dengan begitu, Thorin bisa memenuhi janjinya kepada bangsa manusia dan bangsa peri.

Thorin yang selama ini menutup pintu masuk Lonely Mountain, sangat marah begitu mengetahui Bilbo mengaku dengan jujur apa yang sudah dilakukannya. Untunglah ada Gandalf, si penyihir abu-abu yang datang memperingatkan Thorin. Bahwa perang yang sebenarnya sudah dekat. Bukan manusia atau peri musuh mereka, tapi Orc. Jumlah mereka ribuan dan saat ini sedang bergerak menuju gunung untuk menghabisi kaum kurcaci.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline