Lihat ke Halaman Asli

Selamat Jalan, Mamah

Diperbarui: 15 Juli 2022   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Selamat jalan mamah ,

Tepatnya 8 februari 2021 dimana mamah menghembuskan nafas terakhir dan dimana aku hancur yang ke dua kalinya dalam 3 tahun terakhir ini , hancur berkeping keping dan sangat hancur dan binggung mengembalikan semua itu dengan cara apa lagi dan bagaimana lagi .

Tanggal 1 februari kabar yang kurang menyenangkan itu datang tiba-tiba hal yang seharusnya bukan keinginan aku dan bukan yang aku mau , dapat kabar dari keluarga yang di kampung kalau mamah masuk rumah sakit disaat itu juga aku panik dan binggung mau berbuat apa dan disaat ini serasa hancur sekali hati aku .

Posisi aku belum bisa cuti karena kerja belum ada 1 tahun di tempat baru ini , dan akhirnya aku putuskan untuk mencoba minta izin dulu boleh atau tidak nya urusan nanti penting izin dulu , dan malam tanggal 3 februari aku diizinin untuk cuti tapi tanggal 5 februari baru boleh cuti yaudah aku sudah seneng rasanya walau aku tahan dulu .

Tanggal 1 masih bisa vidio call sama mamah walau omongannya tidak begitu jelas dan tidak begitu paham aku apa yang lagi di omongin sama mamah tapi aku mencoba bahagia dan tersenyum walau sebenarnya sakit ingin nangis sejadi jadinya .

Dan tiba lah tanggal 5 , aku pulang pagi-pagi sekitar jam 6 pagi sudah mau otw ke terminal pulo gebang rasa bahagia itu gtidak bisa di ceritakan , aku bahagia di dalam bis ingin cepat ketemu mamah ingin peluk mamah ingin curhat sama mamah ssemua sudah aku bayangin dalam hati seperti orang halu , senyum-senyum sendiri di dalam bis ya begitulah bisa di bilang seperti orang gila .

Perjalanan dari Jakarta ke solo cukup memakan waktu saat itu aku naik bis perjalanan 10 jam hampir sama kalau naik kereta juga 10 jam jadi aku putusin mending naik bis karena bisa cepat sampai kampung halaman .

Jam 17.00 tepatnya aku sampai diterminal karangpandan dan abang aku sudah ada disitu lagi berteduh karena hujan lebat , aku bahagia liat senyum dan ketawa abang aku yang masih seperti dulu dan tidak ada perubahan sama sekali .

Ketawanya lebar , bikin nyaman dan dengan model rambutnnya yang kriting tidak pernah di tata karena dari dulu selalu ingin apa adanya kata nya , disepanjang jalan kami hujan-hujanan sambil cerita kalau dikampung itu lebih tenang dari pada di Jakarta . karena memang waktu bujang nya abang aku hidup di Jakarta dari lulus smp langsung kerja di Jakarta mungkin sudah tahu manis pahitnya kehidupan di Jakarta .

Sesampainya dirumah sudah ada yang tunggu peri kecilku yang manis dan krebo anak pertama abang aku yang nomor 3 , dan aku gendong sampai ketawa tidak ada hentinya dan setelah itu waktunya aku untuk bersihin diri aku sebelum aku menemui mamah dan menemui yang lain . karena dari perjalanan jauh jadi harus bersihin badan dulu .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline