Bismillah, hai kenalin saya Wahyu Hidayanti mahasiswi prodi pendidikan Bahasa Arab di UMY. Setelah dianggap cukup dengan bekal kuliah selama 4 semester, mahasiswa pendidikan Bahasa Arab berpeluang mencurahkan segala ilmu yang telah dipelajari dalam kegiatan magang di semester 5. Kesempatan magang ini diberikan kepada semua mahasiswa PBA UMY semeser 5 tanpa terkecuali, hanya saja berbeda sekolah. Alhamdulillah saya bersama enam anggota yang lain mendapatkan tempat magang di SMP IT Alam Yogyakarta. Tempat magang kami ini berlokasi tidak jauh dari kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hanya memerlukan waktu 20 menit untuk sampai ke lokasi tersebut.
Karena belum pernah memiliki pengalaman mengajar di kelas layaknya sebagai guru, pasti ada rasa takut dan belum percaya diri sebagai pengajar. Tentu suasana hati yang saya rasakan pun dimiliki oleh mahasiswa lainnya. Tapi inilah kesempatan berharga untuk belajar sebelum menjadi pengajar sesungguhnya. Selain itu, saya sempat beranggapan mengajar di lingkungan SMP IT tersebut sangat sulit tapi ternyata tidak, justru di SMP IT sendiri mata pelajaran Bahasa Arab merupakan mata pelajaran baru. Menurut saya, inilah yang akan menjadikan tantangan tersendiri. Bagaimana kita tidak mengecewakan dua pihak yang telah mempercayai kita, baik pihak kampus maupun pihak SMP IT Alam Nurul Islam.
Senang dan bangga bisa berkesempatan magang disana. Kedatangan kami sebagai tamu diterima dengan hangat oleh para warga sekolah. Bagaimana tidak, menghormati tamu tidak akan mereka abaikan. Apalagi kita yang dianggap akan menjadi pengajar disana pun hanya praktek dan observasi. Kita datang dengan satu tim magang, yang terdiri dari 7 mahasiswi yang akan fokus mengajar dan observasi pembelajaran bahasa Arab siswa yakni kelas 7, 8, dan 9 sebanyak lima kali pertemuan.
Kami akan akan mengajar dan observasi di kelas bahasa Arab layaknya sekolah biasa, namun juga tetap dengan panduan magang atas kesepakatan antara pihak kampus dan sekolah. Karena, mereka baru pertama kalinya mendapatkan mata pelajaran bahasa Arab jadi sebagai tamu kami mengusahakan untuk menyesuaikan arahan guru pamong yang ada di sekolah tersebut. Namun, ada waktu dimana saya bertanya kepada beberapa murid bagaimana kondisi kelas saat pertama kali belajar bahasa Arab, "apakah kelas ramai?", "apakah banyak yang tidak memperhatikan pembelajaran?", rata-rata mereka menjawab "bener kami tidak suka bahasa Arab, bahasa Arab sulit dan membosankan".
Saya paham tentang alasan mereka, karena dulu saya merasa hal itu terjadi pada saya dan teman-teman. Memang mempelajari sesuatu hal yang asing dan tidak ada di kehidupan kita sehari-hari adalah hal yang sulit, utamanya bahasa yang keberhasilannya sangat tergantung pada pembiasaan dan lingkungan yang mendukung.
Seiring berjalan nya waktu, setelah beberapa kali pertemuan mereka dalam pembelajaran bahasa arab dengan guru pamong yang kebetulan memegang mata pelajaran tersebut, akhirnya mereka sudah mulai terbiasa dengan mata pelajaran bahasa Arab. Ntah metode apa yang guru mereka lakukan sehingga bisa mengubah kondisi dan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih relax dan siswa lebih tertib dari sebelumnya.
Nah, pada pertemuan pertama saya dengan siswa-siswi di dalam kelas pun begitu mengesankan dengan kelembutan dan pengarahan selama pembelajaran. Motivasi, cerita, dan pesan mengenai pembelajaran bahasa Arab yang begitu penting untuk dipelajari membuat mereka bersemangat untuk belajar walaupun ini pengalaman pertama mereka dalam dunia bahasa Arab. Itulah yang membangkitkan semangat untuk berbagi ilmu yang saya punya kepada mereka. Karena, para siswa dan siswi memang telah mengajarkan untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu, apapun ilmunya mereka akan selalu semangat dalam belajar.
Selain itu adab dalam menghormati orang lain apalagi seorang guru adalah hal yang utama dalam proses belajar di sekolah. Sopan nan santun dimana kala bertemu, sebagaimana yang diajarkan kepada mereka itu menjadi sebuah kesan tersendiri bagi saya.
Walaupun terkadang banyak hal yang membuat semangat mereka surut dalam pembelajaran, yakni lesu dan rasa kantuk karena letih dengan berbagai kegiatan yang lain, tapi itulah yang menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Kini, semangat mereka dalam belajar bahasa Arab sangatlah besar. Terkadang letih dan lesuh kami ikut merasakan seperti para siswa-siswi, namun dengan kebersamaan rasa senang dan ikhlas selayaknya menjadi ciri khas ketika berada di sekolah menjadikan letih hilang seketika.
Dari pengalaman magang ini, saya bisa mengambil hikmah bahwa ada poin khusus yang memang seharusnya dimiliki oleh guru, salah satunya:
Seorang guru harus bisa mengenali siswanya begitu pula sebaliknya, seperti kata pepatah yang tak hentinya dijadikan acuan bahwa tak kenal maka tak sayang. Bagaimana siswa akan merasa nyaman belajar dikelas jika misal gurunya acuh tak acuh terhadap siswanya, apalagi siswa yang masih dalam sekolah tingkat menengah dimana mereka masih banyak memerlukan perhatian dan mereka yang masih banyak cari perhatian dari guru mereka.