Jakarta dan Bodetabek adalah kota yang sangat padat. Populasi melebihi kapasitas normal. Semua pusat bisnisnya ada di Jakarta.
Mari berjalan sedikit ke jiran kita, banyak pusat bisnis tersebar bukan hanya di kota KL. Perusahaan IT kelas-kelas international pun tidak berada di KL.
Bahkan sudah dilokasikan juga ke kota yang jauh dari Ibu Kotanya, misal di Penang.
Tidak bisa kita salahkan pada Gubernur atau Presiden yang memangku saat ini soal polusi udara yang terjadi. Siaran di luar Indonesia kini menayangkan Jakarta dan sekitarnya pada level udara yang berbahaya. Masih ada positifnya, Jakarta tidak punya empat musim.
Jika ada, Jakarta akan dikepung dengan blanket polutan yang sangat tebal saat musim dingin selayaknya Delhi, India. Saya pernah merasakan kualitas udara di Delhi yang sangat buruk. Nelangsa luar biasa. Saya sakit pernapasan selama 2 minggu, batuk berdahak sekembali dari India.
Prasarana tidak dipikirkan sejak lama, fasilitas dibuat seadanya, dibuat hanya sesuai keperluan yang ada saat itu. Kadang mau membangun pun kita beramai-ramai pro dan kontra, akhirnya ah lebih baik tidak usah dibangun daripada ada gerakan sosial yang merasa dirugikan. Ibarat cerita kepiting yang siap dimasak dalam kuali, tidak ada yang keluar satu pun dan akhirnya lebih baik mati bersama-sama. Semoga tidak terjadi tentunya.
Karenanya, polusi udara ini menjadi bahan pemikiran bahwa kita juga mesti berbuat baik. Baik pada alam sekitar, bijak dalam berkendara, dan mempercepat pemindahan Ibu Kota Jakarta.
Saya selalu berpikir, kenapa seperti Medan, Palembang, Aceh itu tidak menjadi hub bisnis untuk mengalihkan sebagian pusat bisnis Jakarta. Kota tersebut sangat dekat dengan Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapura.
Semoga jalan tol Sumatra & Kalimantan dan berbagai airport bisa menjadikan pemekaran bisnis ke luar Jawa dengan penataan yang sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H