Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Handoko

Praktisi IT bidang human resources dan suka travelling

Perbatasan India-Pakistan, Sedarah dan Sebahasa yang Terpisah

Diperbarui: 16 Februari 2019   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri

Inggris telah menorekan sejarah pada akhir Perang Dunia II yaitu terpisahnya India dan Pakistan, hari kemerdekaanya hanya selisih satu hari. Beribu-ribu penduduk dalam sejarahnya wilayah yang sama-sama di Kawasan Punjab ini harus berpisah, sebagian yang beragama Islam mesti pindah ke Pakistan, yang Hindu dan Sikh harus pindah ke India.

Sejarah ini membuat saya ingin melihat langsung perbatasan kedua negara itu. Saya berangkat dari Kota Amritsar yang sebelumnya saya mengambil penerbangan dari Delhi dahulu. Jarak dari Kota Amritsar ke perbatasan Wagah di desa Attari dimana batas resmi penjagaan kedua negara terpisah itu berada sekitar 30 kilometer.

Saya bersama-sama turis asing dan warga lokal naik bus dan saya memilih di atap bus karena sangat mudah untuk mengambil gambar dari berbagai sisi. Ramai juga turis asing yang minat berada di atap bus karena alasan yang sama.

Bus bergerak keluar kota Amritsar melalui jalanan yang sangat padat mengarah ke barat. Pandangan kumuh dan berdebu biasa di dapat dimanapun di India.

Namun saat keluar dari kota Amritsar makin sedikit penduduk dan yang nampak adalah ladang hijau seperti persawahan. Saat ini musim dingin di utara India dan siapa pun yang berada di atap bus makin membuat dingin luar biasa karena terpaan angin. Saya merapatkan baju winter dan tutup kepala serta memasang kaus tangan.

Sumber : dokpri

Mendekat ke perbatasan makin nampak banyak bangunan untuk militer dan di bukit kecil kanan-kiri nampak tumpukan karung untuk perlindungan jika terjadi serangan. Berdebar juga rasanya memasuki kawasan seperti ini. Sebelum keluar, kami harus meninggalkan tas, charger, sarung kamera, bateri. Kamera dan handphone boleh dibawa dan tentu dompet.

Sampai di lokasi sudah banyak antrian panjang, namun baiknya di India, untuk orang asing disediakan jalur tersendiri. Saya masuk jalur foreigner dan mesti menunjukkan passport.

Pemeriksaan awal dilakukan melalui metal detector. Lalu melalui jalur lagi dan ada pemeriksaan lagi, kali ini passport dibuka, saya lihat diperiksa halaman per halaman. Lalu petugas memberi senyum: "Indonesia... most welcome" sambil disilakan masuk untuk menuju area perbatasan sesungguhnya yang betul-betul menempel batas dengan Pakistan.

Lagi, orang asing ditempatkan di tempat terpisah, tepat di tengah. Sedangkan orang lokal India yang jumlahnya banyak sekali bebas memilih tempat namun petugas akan mengarahkan tempat-tempat yang kosong bagi mereka.

Sumber : dokpri

Beberapa jam, sebelum ritual penutupan border yang ada setiap hari sebelum matahari terbenam itu, dengan dipandu satu petugas yang sangat enerjik dari dua sisi border itu ibarat saling melakukan "intimidasi". Saya duduk berada di pihak India, betapa semaraknya cara membakar nasionalisme. Lagu-lagu India yang sangat rancak dengan bit tinggi diputar keras-keras dengan diikuti yel-yel yang membakar semangat. 

Sesekali saya melihat sisi Pakistan, apa yang ditampilkan disisi sebelah tetangga itu. Saya lihat ada atraksi orang berputar-putar satu kaki dengan cepat sambil membawa bendera Pakistan.

Dari sisi India, para warga lokal diberi kesempatan untuk membawa bendera India sambil berlari-lari penuh semangat dan mengibarkan bendera tepat ditengah stage. Sangat membakar nasionalisme memang. Ajakan meneriakan yel-yel sekeras-kerasnya dari sisi India dilakukan berulang-ulang. Sang MC-nya sangat energik dan suka membuat lawakan kepada turis asing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline