[caption id="attachment_293683" align="aligncenter" width="532" caption="SEJARAH PRESIDEN INDONESIA (http://arifoadhinoto.wordpress.com/2013/06/03/the-presidents-of-republic-of-indonesia/)"][/caption]
Kampanye para Calon Presiden (Capres) terus berkumandang. Yang ditawarkan adalah program tentang perubahan. Perubahan yang lebih, Yang bagaimana? Belum semuanya jelas.
Memilih sosok pemimpin Indonesia dalam kondisi sekarang ini memang tidak gampang. Karena salah memilih akan berdampak penderitaan. Meski rakyat dibawah ini sekarang ini lebih pada pragmatisme, dan fanatisme yang keblabasan, tanpa berfikir yang dipiilih benar-benar bisa membuktikan janjinya. Karena sudah banyak terbukti, terutama kepala daerah yang terpilih justru cenderung memperkaya diri, melaukan tindak korupsi, contohnya Gubernur Banten, Ratu Atut.
Belum lagi kepala daerah yang terpilih, ternyata tidak tau apa yang harus dikerjakan. Malahmembikin onar dengan gagasan-gagasan yang tidak berlogika. Mengaku Pancasilais, tetapi perilakunya justru bertentangan dengan Pancasila. Kalau sudah begini, ternyata figure pemimpin dari militer masih punya nilai lebih dibanding sipil. Semengat berjuang bersama rakyat masih sangat kental. Contohnya Bibit Waluyo ketika memimpin Jawa Tengah, tidak mengaku tokoh Pancasilais, namun mengamalkan Pancasila sebagai landasan berbangsa dan bernegara.
Figur kandidat Capres
Aburizal Bakrie yang diusung partai Golkar, menawarkan tentang kesejahteraan rakyat. Suara Golkar Suara Rakyat. Meski rakyat tahu, kandidat bersangkutan terkait dengan kasus Lumpur Lapindo Brantas yang hingga sekarang belum tuntas. Bahkan perusahaannya minta bantuan dana ganti rugi untuk rakyat kepada pemerintah dengan uang APBN. Tapi inilah kualitas calon pemimpin di Indonesia.
Hingga sekarang, partai Golkar memang belum menentukan siapa Calon Wakil Presidennya. Apakah akan diambilkan dari kader Partai Golkar sendiri seperti pola di PDIP, atau dari luar partai. Walau yang mencalonkan untuk menjadi wakil sudah banyak yang mendaftar. Dan partai berlambang pohon Beringin yang dilahirkan Suharto, Presiden ke 2 RI masih terus melakukan uji publik terhadap para calon Wakilnya.
Sementara PDIP masih belum menentukan siapa bakal Calon Presiden yang akan diusung. Memang suara paling banyak adalah Joko Widodo, yang sekarang Gubernur DKI. Dinilai paling merakyat, dekat dengan rakyat dan pekerja keras untuk rakyat. Dan itu dibuktikan dalam pemerintahan di DKI. Mulai dari mengatasi kemacetan lalu lintas sampai mencoba menanggulangi banjir yang selalu melanda kota Jakarta. Namun tidak semua kader partai memberikan dukungan, karena tokoh bersangkutan bukan keluarga Soekarno.
Beberapa kader partai berlambang banteng moncong putih ini mengkhawatirkan kelanjutan atau pewaris keluarga Soekarno, bila yang dicalonkan dari luar keuarga. Meski itu sebenarnya tidak sulit, jika wakilnya ada keharusan dari kader PDIP, dan Puan Maharani bisa untuk dan juga punya kemampuan untuk mendampingi Joko Widodo. Dengan ketenaran nama Joko Widodo, partai yang dipimpin Megawati ini tidak perlu lagi bimbang. Karena dengan putrinya sebagai wakil sekaligus memberikan pembelajaran dan bisa tetap menjaga keutuhan kelangsungan hidup partai.
Partai Demokrat, dengan pencitraannya yang terus semakin anjlok, memang cukup kesulitan untuk menentukan siapa calon Presiden yang bakal diusung. Meski pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono cukup konsisten dalam pembangunan, tapi kader partainya yang sebagian adalah kutu loncat ini banyak bermasalah, melakukan korupsi. Bahkan terakhir ini, pemerintahannya dikacaukan lagi dengan kenaikan tabung gas elpiji, bahkan barangnya langka dipasaran. Minimal hanya bisa mengajukan calon wakil presiden, atau jadi penonton.
Dari rakyat untuk rakyat
[caption id="attachment_293684" align="aligncenter" width="532" caption="SURVEI LEMBAGA (kompas.com)"]
[/caption] Walau pemerintahan sudah hampir habis, presiden SBY masih berusaha untuk memberikan pencitraan baik. Contohnya dengan program pembangunan infrastruktur total di Papua, dengan mengelontorkan dana sekitar Rp. 40 trilyun. Percepatan pembangunan di wilayah ini dalam rangka menyamakan dengan daerah lain yang sudah maju. Tidak hanya itu, ratusan generasi penerus Papua di sekolahkan di seluruh pelosok tanah air, dengan doktrin mereka kelak bisa ikut membangun daerahnya masing-masing. Inilah wujud dari pengabdian seorang jendral TNI, yang selalu berkomitmen dan merasa dulunya berjuang demi kemerdekaan bersama rakyat.
Dari rakyat untuk rakyat, itulah cita-cita para perwira dan mantan perwira TNI, demi membalas jasa rakyat yang ikut berjuang mencapai kemerdekaan. Maka Purn. Jendral Wiranto dan Hari Tanu mendeklarasikan diri sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden melalui Partai Hanura. Sebagai partai kecil memang tidak terlalu muluk-muluk untuk bisa meraih sukses, tapi paling tidak sudah menunjukkan jatidirinya sebagai salah satu partai yang siap ikut Pemilu maupun Pilpres. Program Kampanye yang dilontarkan jauh tak beda, yakni menawarkan perubahan, tidak korupsi, mensejahterakan rakyat.
Untuk partai seperti PAN, PKB, PPP yang merupakan kelompok partai Islam masih berwacana, diantaranya tokoh yang ditawarkan adalah Rhoma Irama alias si Raja Ndangdut. Meski wacana paling keras adalah figur Mahfud MD. Tokoh ini dinilai bisa diteladani, terutama soal kejujurannya, maka tak perlu gembar-gembor anti korupsi, karena semua orang sudah tau kalau dia tidak pernah terlibat kasus korupsi. Dibuktikan ketika dia menduduki posisi sebagai Ketua Makamah Konstitusi. Dan Ketua PAN, Hatta Rajasa hanya ingin jadi Wakil Presiden.
Yang saat ini tak kalah popular calon dari Partai Gerindra, Jend. Purn Prabowo Subianto. Kalangan profesionalisme menilai kampanyenya paling mudah dicerna. Dan yang paling bernilai adalah tentang melestarikan Pancasila serta program ekonomi kerakyatan selaras dengan cita-cita Soekarno, Berdikari, Berdiri di kaki sendiri menuju Indonesia Raya dan menjadi Macan Asia. Indonesia Berdikari, itulah into dari Perubahan Indonesia. Dengan dasar negara Pancasila, saling menghormati, penuh toleransi, tidak adi gung adiguna, tidak sopo ingsun sopo siro, angkuh dan sombong, dengan kesederhanaan dalam berbangsa dan bernegara.
Dari Rakyat untuk rakyat, artinya kekayaan Negara ini sepenuhnya dikelola oleh rakyat untuk kemakmuran bersama. Yakni dengan cara bergotong royong. Maka pola yang diterapkan adalah dengan menghidupkan kembali lembaga koperasi, Koperasi Unit Desa dan Nelayan, sesuai amanah UUD 45 pasal 33. Yang kuat membantu yang lemah, bukan sebaliknya yang berkuasa menginjak yang lemah. Jika kedua landasan itu benar-benar dilaksanakan oleh seorang pemimpin, maka Indonesia akan mencapai kejayaannya, paling tidak kembali pada era kepemimpinan Soeharto yang mampu memakmurkan rakyat, berhasil berswasembada pangan dengan mendapat penghargaan dari badan pangan dunia.
Hingga saat ini memang belum menentukan siapa Wakilnya. Namun cukup banyak sebenarnya tokoh yang sepadan untuk jadi pendamping, diantara Ahok yang kini Wakil Gubernur DKI, Chairul Tanjung pengusaha yang saat ini lagi populer. Mereka sampai sekarang masih dinilai bersih.
Nah, sekarang tergantung rakyat yang memilih. Apakah mereka tetap pragmatis atau fanatisme buta tanpa berpikir ke depan, atau ingin perubahan namun tidak mau belajar dari yang sudah ada. Pragmatis yang penting wani piro. Fanatisme partai atau yang penting bukan militer. Menyadarkan rakyat yang sakit memang tidak mudah. Suara Rakyat Suara Tuhan, Apa yang dinginkan rakyat akan dipenuhi oleh Tuhan. Contohnya sekarang ini.
EDITOR: Wahyu Hamijaya
ILHAM HAMIJAYA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H