Lihat ke Halaman Asli

Hari Kartini: Simbol Kemenangan Kaum Bangsawan

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1334967875384896817

Setiap tgl 21 April, masyarakat Indonesia mengenang kelahiran Raden Ajeng Kartini atau lebih luwes di sapa RA. Kartini. Putri yang dilahirkan dari kalangan ningrat jawa di daerah Jepara. Sebagai putri dari seorang bupati, tentu mafhum ketika segala akses kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi dengan sangat layak, baik pendidikan, kesehatan, ketrampilan dan sebagainya.

Sebagai bagian dari kaum bangsawan, RA Kartini merupakan simbol kemenangan. Sebuah ironi hegemoni kekuasaan, yang akhirnya mendera bangsa ini. Karena kekuasaan politik itu sangant akrab dengan kewenangan. Pada akhirnya wajar ketika RA Kartini menjadi Tokoh Nasional yang sangat di kagumi masyarakat. Kartini mampu menguasai media, jika bahasa sekarang itu sebuah “pencitraan”, oooh simulakra. Tentu bukan tanpa alasan, ketika soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Meskipun begitu, ia dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan dan perlunya dipenuhi hak anak perempuan akan pendidikan. Pada dasarnya perjuangan untuk menghapuskan kemiskinan dan kebodohan perempuan dapat meningkatkan kualitas bangsa serta hubungan kesetaraan gender. Namun, hari ini pemaknaan terhadap nilai kekartinian sudah tidak sejalan lagi dengan spririt yang dibangun.

Nuansa hedonisme muncul ditengah-tengah kita, akibatnya peringatan kartini hanya dijadikan simbol kemewahan. Misalnya, peragaan kebaya diatas catwalk, apalagi kalau ukurannya berapa salon yang overbooked hari ini, maka itu tanda kemenangan modal kata Yunda Mei Shofia Romas, Direktur Rifka Annisa. Ini menjadi tugas para laki-laki untuk membantu perempuan agar bisa membuat konstruksi cantik itu tidak melulu fisik tapi juga cerdas dan empatik, imbuhnya lagi.

Mestinya, spirit kartini adalah simbol perlawanan. Perlawanan akan kesewenang-wenangan. Namun, ternyata kewenangan itu harus dekat dengan kekuasaan. Perselingkuhan pun terjadi, pemodal dan penguasa telah mengkonstruksi pemikiran masyarakat akan pentingnya peringatan kartini. Namun penting yang menguntungkan mereka tentunya, toh ternyata negara absen ditengah-tengah kemiskinan dan kebodohan. Kepentingan negara adalah kepentingan para elitnya. Perayaan Hari Kartini, hanya jadi ilusi. Ibu kartini pun menangis diperaduan....

AML, 21 April 2012 Pkl. 05.00 WIB.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline