Lihat ke Halaman Asli

Analisis Politik: Melihat Arah Buzzer

Diperbarui: 18 Desember 2016   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Buzzer secara definisi dimaknai sebagai individu yang mengampanyekan sesuatu. Ada buzzer yang baik, tapi tak kurang yang bajingan. Namun itu semua kembali pada yang menilai, dia cerdas dalam menyikapi sesuatu atau malah terlalu bodoh. Sehingga mudah terprovokasi, hingga mengalami bias kebenaran. Buzzer memang perlu dan sangat diperlukan untuk mendongkrak suatu hal, demi tercapainya suatu tujuan.

Persoalan Buzzer tidak hanya hadir dalam pemilu, namun juga menyisir dalam persoalan rakyat. Salah satunya perjuangan rakyat Kendeng dalam mencari keadilan atau kasus-kasus persoalan sengketa rakyat marjinal. Buzzer tersebut bagaikan tanpa dosa, menyebarkan konten informasi yang jauh dari kebenaran. Mulai melakukan prasangka negatif pada perjuangan rakyat Kendeng hingga persoalan kaum kecil, seperti memanipulasi informasi, minim data hingga menyebarkan sesuatu yang hanya bersasarkan katnya. Kebanyakan dari mereka menyerang pada persoalan individu, konspirasi hingga fitnah. Kenapa dibilang fitnah? karena salah satunya memuat anggapan tanda dasar. Semisal yang long march itu dibiayai asing, namun melupakan daerah lain. Seolah-olah ketika semen Indonesia enyah, maka semen asing bisa bercokol. Argumentasi lainya, menyoal perkara siapa Gunretno hingga Romo Sandyawan. Hingga bertebaran artikel fitnah yang memang berfokus merekontruksi persepsi publik, tujuanya yaitu meraih simpati. Jika publik bersimpati, maka kemungkinan besar "goal" terkait rencana mereka semisal perkara semen atau post-kebijakan suatu stakeholder akan tercapai.

Dalam menyikapi perkara buzzer, kita bisa memakai beberapa pendekatan. Salah satunya ialah Interpersonal Deception. Buller dan Judee (1996) dalam kajian yang disponsori University of Arizona mengatakan, IDP sebagai konsep pembohongan melalui suatu pesan. Informasi tersebut dikemas berupa pesan yang secara sadar disampaikan oleh pengirim, dengan tujuan menumbuhkan kepercayaan atas kalimat-kalimat persuasif yang bersifat palsu atau tidak bisa dibuktikan kebenaranya. Jadi disini para buzzer berupaya untuk mempersuasi individu, dengan menyampaikan pesan-pesan palsu yang provokatif dan tanpa dasar. Sehingga target bisa terhasut oleh pesan palsu yang disebarkan.

Berdasarkan pandangan Baran dan Davis dalam mass communication (2008) untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dalam komunikasi massa metode yang digunakan ialah propaganda. Disini propaganda ialah berupa pemberian sebuah pandangan atau hal-hal terkait yang dapat merubah pemikiran orang lain, untuk menyetujui dan mengikuti apa yang disampaikan. Propaganda sendiri menanamkan kepercayaan, dari informasi-infromasi yang persuasif untuk menarik minat individu. Tujuan dari propaganda sendiri untuk mengubah jalan berpikir seseorang, agar sesuai dengan apa yang telah disampaikan. Hal tersebut merupakan variasi dari komunikasi, yang memiliki tujuanya untuk mengarahkan dan merubah persepsi hingga sikap.

Pada pra dan pasca perang dunia ke 2, propaganda merupakan metode yang digunakan untuk menjatuhkan musuh-musuh mereka. Secara psikologis dapat menaikan moral kelompok pembuat dan menurunkan bagi kelompok musuh. Dalam pemerintahan propaganda biasanya dibuat dengan membuat informasi palsu, serta meniadakan informasi itu sendiri untuk menjatuhkan musuhnya (oposisi). Sama halnya dalam beberapa kasus agraria hingga perkara konstelasi politik.

Hal tersebut juga di dukung oleh framing media, dimana warta dibingkai sedemikian rupa untuk mempengaruhi pembaca. Analisis framing sendiri menurut Beterson (1955) framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan untuk mengorganisir (agitatif) suatu pandangan politik, terkait kebijakan, dan wacana kekinian, serta yang menyediakan kategorisasi standar untuk mengapresiasi realitas. Gitling (1980 dalam, Scheufele 1999) mengungkapkan framing sebagai upaya membentuk realitas atau menyederhanakanya demi menarik perhatian. Sehingga apa yang ditampilkan mampu diserap oleh pembaca. Jadi kontruksi informasi dibingkai, dipoles semenarik mungkin agar mampu mempersuasi seseorang. Sama halnya beberapa media baik online ataupun social, menggunakan metode demikian untuk mereduksi pemahaman publik terkait sebuah persoalan.

Diseminasi informasi yang masif, semakin menguatkan penyebaran informasi. Melihat dari kecenderungan individu media sosial, yang terkadang mudah dipersuasi sehingga tanpa melakukan analisis konten, mereka mempercayai hal tersebut sebagai sebuah kebenaran. Lalu hal tersebut juga dikuatkan oleh pasukan-pasukan pendukung, dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi sebuah kebenaran mutlak. Hasilnya banyak orang yang tanpa tahu kebenaranya, tiba-tiba mempunyai pandangan seolah-olah tahu. Dipercaya sebagai kebenaran, sehingga simpati publik beralih. Hal ini menguntungkan pihak yang memang mengharapkan situasi yang demikian.

Buzzer-buzzer ini bekerja dengan memakai prinsip komunikasi, dengan memanipulasi hingga melalukan suatu hal yang jauh dari data. Faktanya hal ini juga didukung media-media yang memang diciptakan demi tujuan yang demikian. Kasus-kasus kerakyatan seperti rakyat Kendeng, selalu menjadi sasaran "pembajakan informasi". Karena disini banyak kepentingan yang bermain, mempunyai tujuan skala besar. Sama seperti kasus-kasus Mesuji, Banyuwangi,Trenggalek, Langkat, Sukamulya dan lainya. Media dan Buzzer mempunyai andil untuk mereduksi informasi, demi tertutupinya kebenaran. Sehingga kasus-kasus seperti ini tidak mencuat dan tidak memperoleh simpati publik. Bahkan tidak jarang mereka melakukan fitnah, seperti mengatakan kegiatan rakyat kendeng itu dibiayai asing. Ini jelas merugikan dan jahat, padahal mereka tidak hanya melawan Semen Indonesia tapi juga Indocement. Tidak hanya kasus lokal Rembang, namun juga menyisir Pati, Grobogan, Blora bahkan sampai ke Tuban.

Maka dari itu hendaknya kita melihat suatu perkara, harusnya memperhatikan konten isi serta konfirmasi. Tujuanya ialah terhindar dari manipulasi realitas, sehingga tidak terjebak dalam kebodohan terstruktur. Perjuangan rakyat adalah representasi dari demokrasi kita, Kendeng adalah kita. Maka dari itu, marilah berpikir sebelum bertindak. Mari lawan para penjahat informasi!!!!.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline