Lihat ke Halaman Asli

Analisis Pertandingan Belgia vs Italia: Pelajaran dari Italia Old Man

Diperbarui: 14 Juni 2016   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cerita duka datang dari Belgia pagi ini. Jika pada artikel sebelumnya saya melihat ada secercah harapan dari tim ini, namun kenyataan berkata lain. Skuad tua Italia mampu memberikan pembelajaran bagi skuad muda Belgia. Hal ini sekaligus menjadi bukti, bahwa usia tua bukanlah jaminan akan kekalahan. Namun kematangan usia menjadi nilai lebih, soliditas yang berimbang. Salute Conte!!!.

Petaka Belgia berawal pada babal pertama, ketika Italia mencetak angka melaui tembakan kaki kanan Giaccherini yang menyihir Curtois. Pada menit 32, Berawal dari umpan lambung yang akurat dari Leonardo Bonucci dari lini belakang. Giaccherini mampu menempatkan posisi yang tepat di kotak penalti lawan, untuk melepaskan tendangan yang akhirnya membuat Curtois memungut bola dari gawangnya.

Skema 3-5-2 Italia terbukti efektif meredam keganasan pemain muda Belgia. Permainan aggresive yang dimotori Hazard tak mampu berbicara banyak, sementara lini tengah Italia terbukti efektif meredam serangan Belgia. Sejatinya dibabak pertama terlihat jika Belgia tidak mampu membendung sisi tengah Italia yang digawangi Parolo, Derossi dan Giaccherini. Walhasil Candreva sempat merepotkan barisan pertahanan Belgia, begitu juga Pelle yang hampir menggandakan keunggulan.

Belgia masih mempunyai asa sejatinya, namun pertandingan di babak kedua masih sama dengan babak pertama. Walaupun tensi serangan lebih gencar, namun lagi-lagi itu belum mampu menggetarkan lini pertahanan Italia. Soliditas lini belakang Italia terbukti teruji dipertandingan ini, serangan yang dibangun Lukaku dan Hazard selalu gagal jika bertemu tembok tebal pertahanan Italia. 

Menit 53, Lukaku sempat membuka asa bagi Belgia, namun sayang chip cantiknya berhasil dihalau oleh Buffon. Belgia menaikan tensi permainanya, tercatat serangan Belgia lebih dominan. Hal tersebut terbukti dari Belgia yang menghujani Italia dengan 10 shot on goal, namun dewi fortuna berkata lain. Kesabaran serta solidnya barisan lini tengah dan belakang menjadi kunci anak asuh Conte tetap bertahan dari gempuran Belgia. Malahan menutup pertandingan dengan gol tambahan dari striker Flamboyan Pelle, melalui tendangan voli yang akurat.

Efektivitas skema Conte, keseimbangan lini tengah dan belakang terbukti menjadi nilai plus. Gaya permainan Italia yang flamboyan, tidak terlalu menyerang namun efektif ketika memanfaatkan momentum tersaji di pertandingan ini. Wilmots hendaknya perlu belajar lagi terutama memanfaatkan situasi lawan, karena pada pertandingan ini Wilmots tidak mampu membaca arah dan skema permainan Conte. Sementara bagi Conte merupakan bukti, jika skuad tua bukanlah jaminan untuk kekalahan. Strategi dan keyakinanlah yang menjadi kunci kemenangan Italia kali ini.

Belgia harus banyak belajar lagi, mengingat masih ada pertandingan selanjutnya. Lubang menganga di lini belakang yang ditinggal Kompany, hendaknya ditutup dengan holder midfielder yang mumpuni. Fellaini dan Denayer merupakan pilihan buruk, inilah tugas berat buat Wilmots. Sementara bagi Conte cukup memaksimalkan peran pemain italia dan mempertahankan skemanya. Mengingat kurang efektifnya Darmian, Conte bisa mencoba Andrea Florenzi atau Insigne untuk dimainkan disisi samping. Forza Italia!!! Ale! Ale! Ale!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline