DARI SEBUAH KETINGGIAN
Oleh Wahyudi Nugroho
Saat masih belia, pernah aku baca sebuah kalimat, hasil guratan pena pujangga besar negeri ini yang menjadi idolaku. Kalimat itu berbunyi "Bila sebuah kata diucapkan dari sebuah ketinggian, ia akan meluncur ke bawah dan beranak pinak."
Kalimat itu selalu kuingat, sampai usiaku mendekati senja. Dengan stabilo kalimat itu kutandai dengan tindasan ti9nta biru. Agar setiap membuka novel itu, aku bisa membacanya lagi, agar kian erat melekat di dinding otak di kepalaku.
Siapa tahu nanti alam berkenan membuka tabir yang menutupi substansi pesannya. Karena bagiku kalimat itu sangat bermakna, mensasmitakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan.
Terus terang saat itu aku tak paham apa makna yang pujangga itu pesankan. Karena keterbatasan kemampuanku berpikir, dan masih rendahnya pengalaman hidup, tak mampu menangkap sasmita di balik kalimat yang diguratkan. Kecuali menganggapnya sebagai deretan kata sebagai penghias karya sastranya saja.
Namun akhir-akhir ini makna yang tersirat dalam kalimat itu sedikit terkuak. Hanya sedikit. Namun dari celah yang kecil itu kita sudah dapat menggambarkan satu sisi dari kompleksitas makna yang dikandung kalimat pujangga itu.
Hanya sayang peristiwa di jagat politik dan kebudayaan yang menjadi sebab terbukanya celah pemaknaan itu tidak layak jadi catatan sejarah yang patut dielukan. Meski juga masih memberi hikmah bagi siapa saja yang peduli dan rajin mengikuti perkembangan wartanya.
******
Sahdan, di negeri entah berantah, banyak orang yang menyebutnya dengan sinis negeri Konoha, hiduplah seorang raja yang telah sampai di senja kekuasaannya. Sebentar lagi, terhitung tinggal beberapa hari, ia harus menyerahkan tongkat estapet kekuasaannya kepada raja baru penggantinya. Lajimnya ia harus legawa, untuk "lengser keprabon, madeg pandita" sebagaimana dicontohkan pendahulu-pendahulunya.