Lihat ke Halaman Asli

Wahyudi Nugroho

Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Bab 53. Wibawa Senopati Narotama

Diperbarui: 24 September 2024   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar dokpri

WIBAWA SENOPATI NAROTAMA

Oleh : Wahyudi Nugroho

Pertempuran di hutan Jungabang itu semakin lama semakin sengit dan seru. Setelah merobohkan empat orang musuhnya, Sekar Arum melompat tinggi dan jauh dari keempat lawannya yang tersisa. Setelah mendarat lagi di tanah ia menengok kearah lingkaran pertempuran Sembada melawan tiga musuhnya.

Gadis itu terkejut, dari tubuh ketiga lawan Sembada keluar api yang merah menyala-nyala. Senjata merekapun membara, dan selang sesaat bola-bola api terlontar memburu kemanapun Sembada melontarkan tubuhnya.

Namun ilmu peringan tubuh Sembada sangatlah matang. Kecuali tenaga dalam yang sudah sempurna, ditunjang oleh getaran gaib aji Tapak Naga Angkasa. Getaran aji itu membungkus tubuh Sembada dengan cahaya putih yang transparan, yang dapat melindungi Sembada dari panas api yang dipancarkan tubuh musuh-musuhnya.

Gerak Sembada semakin lama semakin cepat. Ia bergerak mengitari ketiga musuhnya seperti burung putih bercahaya yang sedang terbang. Selang sebentar cambuknya disentakkan menghantam lawannya yang lengah.

Sekar Arum terpana melihat kemampuan Sembada. Matanya tak lagi mampu menangkap bayangan tubuh pemuda yang dicintainya. Yang terlihat hanya cahaya putih yang bergerak cepat melontar kesana kemari mengitari tiga buah api yang berkobar dari tubuh lawannya.

Untuk sementara gadis itu belum merasa kawatir terhadap keselamatan Sembada. Sebelum ia terjun membantunya ia ingin menghabisi semua musuhnya. Maka pandangan matanya segera beralih kepada empat lelaki di hadapannya. 

Segera ia putar sepasang pedangnya. Bayangan bilah kedua pedang itu laksana baling-baling yang berputar cepat mengitari tubuhnya. Gerak pedang yang cepat itu mengeluarkan suara berdengung yang keras, dan memutar udara disekitarnya seperti angin puting beliung yang dahsyat.

Empat orang lawannya menghentikan langkah, mereka ragu untuk menyerang. Ketika mereka masih utuh delapan orang tak juga mampu merobohkan gadis itu, apalagi sekarang mereka tinggal empat orang. Lebih-lebih kini gadis itu sekarang tengah mengerahkan puncak ilmunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline