PERTEMPURAN DI JUNGABANG
Oleh : Wahyudi Nugroho
Hari kelima di istana Giriwana, Sembada merasa tidak kerasan lagi. Tidak ada yang bisa dilakukannya di sini. Kecuali mengikuti kegiatan senopati Wira Manggala Pati, atau diajak Gusti Narotama ke suatu tempat. Kadang menghadiri undangan Pangeran Erlangga untuk menemaninya sarapan pagi.
"Ayah, esok hari aku dan Sekar Arum akan pulang ke kademangan Maja Dhuwur. Rasanya aku nggak kerasan tinggal di sini berlama-lama, tak ada yang bisa aku kerjakan." Kata Sembada kepada ayahnya.
Senopati Wira Manggala Pati tertawa. Ia mengangguk-anggukkan kepala. Lelaki itu bisa memahami perasaan anaknya. Lama tinggal di desa hatinya tentu telah terikat oleh kebiasaan sehari-hari di sana.
"Apakah kau sudah punya gambaran, rencana apa yang akan kau kerjakan untuk mengawali tugasmu ?" Kata ayahnya.
"Aku akan berembug dulu dengan ki demang, di mana sebaiknya tempat yang tepat untuk mendirikan barak-barak calon prajurit yang akan kami himpun." Jawab Sembada.
"Bagus. Persiapkan dulu tempat itu, calon penghuninya nanti kami akan bantu. Pemuda dan pemudi dari desa-desa sekitar sini bisa dihimpun di barakmu. Kami bisa mengirim prajurit untuk mempersiapkan tempat itu." Kata senopati.
"Baik ayah." Jawab Sembada.
"Kemana Sekar Arum ? Biasanya ia datang ke sini bersamamu ?" Tanya senopati.