Lihat ke Halaman Asli

Wahyudi Nugroho

Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Bab 4, Cambuk Pusaka

Diperbarui: 29 Agustus 2024   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar dokpri

CAMBUK PUSAKA NAGAGENI

Oleh : Wahyudi Nugroho

Tidak terasa sudah lima belas hari pemuda itu terkurung dalam goa.  Semua jurus dasar telah ia kuasai, berulang kali ia memperagakannya dengan merangkai satu jurus dengan jurus lainnya, dalam satu gerak permainan yang sangat menakjubkan. Kecepatan geraknya semakin tinggi, tenaganya juga semakin besar.

Namun ia tidak bisa mempraktekkan jurus-jurus itu dalam sebuah pertarungan.  Tidak ada lawan sekarang di dalam goa itu.  Ia hanya sendiri.  Berlatih tanpa lawan, hanya membayangkannya saja menyerang dan mengelak, jelas akan membosankan.  Maka gambar-gambar di bagian dinding itu tidak ia praktekkan.  Ia hanya mengamatinya saja, dan mencobanya untuk mengingat-ingatnya dengan mendalam.

Perhatiannya beralih ke gambar-gambar petunjuk meningkatkan tenaga dalam dan peringanan tubuh.  Hari-hari berikutnya ia berlatih bagian itu.  Pagi hari ia melatih jurus-jurusnya dengan pelan, disertai dengan pengaturan nafas dan pengerahan tenaga. Meski gerak-gerak itu pelan dan sederhana namun cepat sekali menguras keringat.  Sebentar saja tubuhnya telah basah oleh peluh yang keluar dari pori-pori kulitnya.  Kerongkong#annya juga cepat sekali terasa kering.

Pemuda itu lantas meneguk air di goa itu.  Setelah hilang rasa hausnya ia mengulang kembali usahanya meningkatkan tenaga dalam.  Lama-lama ia rasakan setiap kali melakukan gerakan semacam itu, terasa ada aliran tenaga keluar dari perutnya di bawah pusar.  

Mula-mula aliran itu kecil sekali, namun sejalan dengan lamanya waktu berlatih, terasa aliran itu semakin besar.  Aliran tenaga itu mempengaruhi gerak tangan dan kakinya dalam mempraktekkan jurus-jurus perguruannya.

Di sore hari pemuda itu menitik beratkan latihan pada kecepatan geraknya.  Ia ambil bebatuan yang sebagian telah menutup lubang pintu goa itu, ia tata melingkar berjarak beberapa langkah antar masing-masing batu.  

Ia gunakan batu-batu itu untuk alas meloncat-loncat dari satu batu ke batu berikutnya, dalam gerak lari memutar sebagaimana batu-batu tertata dalam bentuk lingkaran.  Mula-mula ia meloncat-loncat pelan, namun lama-lama geraknya semakin cepat dan cepat.

Kadang-kadang ia meloncat agak jauh melewati jarak satu batu, demikian seterusnya ia berputar-putar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline