Lihat ke Halaman Asli

Wahyudi Nugroho

Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Narasi Hipotetis Sejarah Lahirnya Tumpeng dan Gunungan

Diperbarui: 13 Maret 2024   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok IDN times

Jelang ramadan, masyarakat Jawa acap kali selenggarakan selamatan / kenduri, terkenal dengan istilah megengan. Dalam acara tersebut sering disuguhkan pelbagai sarana / ubarampe yang kas. Di antaranya tumpeng, apem dan pisang.

Tradisi ini sudah ada sebelum diadopsi masyarakat Islam sebagai sarana dakwah. Nilai simbolik yang terkandung pada tiga jenis ubarampe itulah yang mewartakannya.

Pisang dan apem simbol laki-perempuan. Lingga dan yoni. Simbol kakek dan nenek moyang, leluhur, yang menjadi lantaran keberadaan kita. Jadi pepunden, yang senantiasa harus dipundi, dihormati. Didoakan agar selalu dalam perlindungan Hyang Widi. Tuhan atau Allah.

Tumpeng adalah lambang meru, mahameru. Yang menjadi sentrum atau kiblat melakukan puja bakti bersama. Ia lahir dari tragedi historis ketika masyarakat kehilangan tempat beribadat sebagaimana biasa, di pura.

Bagaimana hal itu terjadi, dan kapan peristiwanya, berikut ini cerita tutur yang tenggelam oleh gelombang zaman.

Bendo, 11 maret 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline