Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY terlalu berharap jadi pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024. Tapi, realita berkata lain. Anies malah memilih Muhaimin Iskandar.
Padahal, harapan AHY sudah sangat besar. Beberapa kesempatan, ia sudah setia mendampingi Anies Baswedan.
Saat Anies berangkat dan pulang haji, AHY meluangkan waktu khusus untuk menjemput mantan Gubernur DKI Jakarta itu di bandara.
Bahkan, AHY sudah merilis lagu untuk koalisi perubahan dan perbaikan pada pertengahan Agustus.
"Sudah saat dan waktunya. Kita raih kembali kemenangan. Dan kini tiba lah kita. Memperjuangkan perubahan dan perbaikan. Untuk Indonesia." demikianlah sepenggal lirik lagu yang dipersembahkan AHY untuk koalisinya.
Lagi-lagi harapan AHY terlalu tinggi. Sehingga, saat Anies memilih Cak Imin, AHY bersama kadernya benar-benar kecewa dan sakit hati.
Kekecewaan itu disampaikan AHY melalui konferensi pers pada 1 September lalu.
"Saya bisa memahami dan merasakan apa yang ada di hati dan pikiran kader demokrat. Berkecamuk. Juga beraduk antara marah, kecewa, juga sedih," kata AHY.
"Ada yg memilih diam, tapi tidak sedikit yang mengekspresikannya di ruang publik," AHY menambahkan.
Tapi apa boleh buat. Nasi sudah jadi bubur. Waktu tidak bisa diputar kembali. Apalagi Anies dan Muhaimin sudah mendeklarasikan diri sebagai capres dan cawapres.
AHY, SBY, juga kader Partai Demokrat merasa dikhianati. Anies Baswedan dianggap tidak berkomitmen terhadap kesepakatan yang telah dibangun bersama Partai Demokrat, Nasdem, dan PKS.