Lihat ke Halaman Asli

Seandainya Harus Memilih:"Di Pimpin oleh Non Muslim Tapi Jujur dan Amanah atau Muslim Tapi Korupsi dan Khianat"

Diperbarui: 16 Desember 2015   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Saya tidak tahu persis berapa pastinya persentasi penduduk Indonesia yang beragama Islam tapi mungkin boleh dikatakan lebih 80%. Harus diakui bahwa sejak zaman penjajahan Belanda, orang-orang Islamlah yang paling keras perlawanannya terhadap kaum penjajah. Tak terhitung jumlah syuhada yang gugur dalam perjuangan penjajah tersebut. Saya juga tidak tahu pasti apakah orang kristen juga melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang notabene satu agama! Maaf saya tidak bermaksud mengungkit atau menghasut.

Setelah sekian tahun kita merdeka dan telah berlangsung pula pemerintahan yang dipimpin oleh orang Indonesia asli tetapi nampaknya belum menunjukan kemakmuran (Sebagian sudah makmur dan sebagian sangat makmur dan sebagian lagi kelebihan makmur walaupun tidak berjuang dulu) seperti yang dicita-citakan oleh para pahlawan, akan tetapi walaupun belum makmur minimal kita sudah tidak ada yang menindas dan menguras dan mengangkut harta benda negeri ini ke negeri lain tanpa pajak, walaupun memang sampai saat ini masih berlangsung tapi minimal masih ada fee meskipun tidak besar dan fee tersebut belum membuat rakyat sejahtera. Saya juga tidak bisa membayangkan seandainya saat ini kita masih dalam kekuasaan Belanda mungkin saya masih harus berjuang dengan membawa bambu runcing (kalo ada nyali). 

Di negeri yang mayoritas penduduknya menganut agama islam tapi masih tetap memberi tempat untuk warga selain Islam, yang bisa hidup toleran dan bisa pula hidup berdampingan dengan damai. Dengan kenyataan tersebut, dimana setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin baik itu yang beragama Islam atau pun selain islam, baik mulai dari tingat RT sampai tertinggi yaitu Presiden Republik Indonesia.

Ketika Ahok yang non Muslim menyeruak tanpa terbendung muncul ke permukaan menjadi orang orang nomor satu di DKI Jakarta, begitu hebat perlawanan dari orang-orang Islam yang menentang kepemimpinannya hanya karena dia bukan muslim dengan berdemo berpuluh kali sambil membawa batu segede kepalan tangan orang dewasa (katanya batu itu untuk dzikir, luar biasa ya berdzikir batunya sampai segitu gedenya dimana kebanyakan dan kebiasaan orang Islam kalau berdzikir menggunakan batu kerikil kalau tidak kebeli tasbih) tapi saat ini mereka belum berhasil menjatuhkannya. Perlawanan mereka terhadap kepemimpinan Ahok tentu bisa di maklumi karena sebagian warga Jakarta baik pendatang maupun penduduk asli adalah kebanyakan beragama Islam dan dalam Islam itu tidak di perbolehkan mengambil pemimpin selain orang Islam seperti yang tertulis dalam firman Allah SWT yaitu Al Qur'an.

Ahok yang non muslim tapi jujur, berani, tegas dan kadang kasar tapi amanah, telah mengahancurkan tatanan pemerintahan DKI Jakarta yang telah terbina selama puluhan tahun selama masa ORBA dan Reformasi yang berusaha di pertahankan oleh para Birokrat termasuk slogan "kalau bisa di persulit kenapa dipermudah" yang tentu usaha Ahok itu ke arah yang lebih baik. Perombakan para Birokrat termasuk birokrasinya dan tata kota DKI Jakarta secara drastis banyak menimbulkan perlawanan dari berbagai elemen masyarakat karena banyak diantara mereka yang telah merasa nyaman menikmati kursi empuk di pemerintahan dan tidur beralaskan uang serta banyak pula dari lemen masyarakat baik itu LSM atau pun kelompok-kelompok ekslusive menikmati benefit dari kesemerawutan Jakarta dengan menjadi beking baik di pasar-pasar atau pun di tempat keramaian lainya. Ketika lahan dan sumber kehidupan mereka itulah yang menyebakan perlawanan yang keras timbul (mungkin bukan karena agama saja).

Terlepas dari kontroversi kepemimpinan Ahok, saya yakin sebagian masyarakat Jakarta telah merasakan atas segala usaha Ahok dalam menata Jakarta misalnya dia sudah berusaha mengembalikan fungsi sungai Ciliwung, peningkatan pelayanan Puskesmas, dan pengurusan surat-surat yang mudah dan cepat tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeserpun, pembenahan Transjakarta dengan tidak membeli bus-bus rombeng asal China, pembenahan pengangkutan sampah termasuk armadanya sehingga kepala dinasnya tidak bisa lagi dapat komisi dari penyewaan truk sampah dan yang selalu di pandang sebelah mata tapi sangat penting yaitu pembenahan pemakaman.

Tidak berapa lama lagi semenjak kepemimpinan Ahok akan egera berakhir, warga Jakarta di hadapkan untuk memilih pemimpin selanjutnya dimana tentu Ahok akan kembali ikut bertarung untuk menjadi orang nomor satu di DKI.

Warga Jakarta yang mayoritas beragama Islam tentu akan sangat merasa ideal seandainya Jakarta di pimpin oleh seorang Muslim yang saleh, jujur dan amanah seperti kepemimpinan 4 sahabat sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Tentu tidak terhitung banyaknya warga Jakarta yang beragman Islam, yang saleh, taqwa dan amanah, tetapi persoalannya seorang Muslim yang saleh baisanya sudah tidak mau terlibat lagi urusan keduniaan yang penuh intrik dan penghianatan yang akan mengotori kesuciannya. Dan justru orang yang beragama Islam yang penuh ambisi, tamak, biadab, serakah, kemaruk, koruptor dan khianat yang akan mati-matian berjuang menggapai segala keinginannya untuk memenuhi nafsu keduniannya (Juga anak dan istrinya sama) yang akan di dukung oleh segerombolan orang-orang dengan watak yang sama pula yang akan maju untuk menjadi orang nomor satu di Jakarta.

Bukankah sebelum Ahok jadi orang nomor satu di DKI Jakarta, Gubernurnya orang Islam juga? Adakah mereka (para Gubernur) yang notabene beragama Islam tidak mampu melakukan perubahan secara signifikan seperti yang telah dilakukan Ahok? Apa karena mungkin mereka menjadi bagian dari sistem dalam pemerintahan DKI? Bukankah akhirnya semua tahu bobroknya sistem pemerintahan DKI setelah Ahok membongkarnya? Kasarnya boleh dikatakn bahwa para Gubernur yang muslim itu tidak mampu perubahan dan perbaikan secara signifikan, mereka membiarkan apa yang sudah berlangsung dan membiarkan ikut hanyut di dalamnya karena dari awal tidak punya niat baik dan komitment untuk mengubahnya dan kalau perlu menyelamatkan pendahulunya dan hanya memenuhi hasrat dan ambisinya.

Tidakkah sebagai orang Islam malu sebab begitu banyak orang Islam yang tahu batal, haram dan halal terlibat korupsi, kolusi dan nepotisme? Sementara mungkin Ahok yang non muslim tidak mengenal batal dan haram dan hanya tahu benar dan slah. Masih ingatkah kita kasus impor daging sapi? Dimana orang-orang yang terlibat tersebut sangat faham batal haram dan bahkan lulusan perguruan dimana Islam lahir! Dimana mereka selalu mengucapkan Bismillahirrahmannirrahim dalam setiap pembukaan pidatonya! Korupsi yang sudah massive baik di lakukan oleh orang-orang lulusan perguruan tinggi maupun lulusan sekolah pendek. Mereka tak pernah cukup dan kenyang walaupun perut mereka sama dengan kita yang hanya sejengkal dan sebelah serta lambungnya ngga sampai sebesar botol bir! Seolah mereka ingin menguasai seluruh dunia ini dan tidak menyisakan untuk orang lain.

Tidakkah kita melihat segerombolan singa yang buas di di padang rumput Afrika yang hanya berburu untuk dimakan pada saat tiu dan setelah kenyang mereka hanya bermalas-malasan sampai waktu laparnya datang lagi dan mereka tidak pernah menyimpan stock yang banyak untuk di kemudian hari walaupun buruan sangat melimpah padahal mereka tahu bahwa buruan-buruan mereka itu pada suatu ketika akan meninggalkan mereka bermigrasi ribuan mil mancari rumput hijau dengan petunjuk sang Khalik! Dan singa-singa itu pun mati kelaparan karena tidak ada lagi buruannya. Mungkin penulis juga sama seandainya mendapat kesempatan untuk korupsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline