Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Wahyudi Azzukhruf

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Musabaqah Fahmil Qur'an: Memahami atau Sekadar Menghafal? Tinjauan Taksonomi Bloom

Diperbarui: 27 Oktober 2024   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bank Soal MFQ (Dokpri)

Musabaqah Fahmil Qur'an (MFQ) atau yang lebih dikenal sebagai Cerdas Cermat Qur'an (CCQ) adalah sebuah kompetisi yang memposisikan Al-Qur'an sebagai inti materi. Dalam format cerdas cermat ini, setiap tim peserta diuji kemampuannya untuk menjawab serangkaian soal terkait Al-Qur'an, dari hafalan ayat hingga materi pengetahuan keislaman lainnya. Tapi, mari kita bertanya: sejauh mana peserta MFQ benar-benar memahami materi yang dipelajari? Atau, apakah mereka hanya menghafal tanpa memahami lebih dalam?

Sebagai seorang yang sudah cukup sering menjadi peserta MFQ, saya merasa tertarik untuk menelaah lebih dalam, sebenarnya sejauh mana tingkat kesulitan dan pemahaman soal-soal yang diajukan di dalamnya. Mungkin Anda juga pernah melihat peserta yang menjawab cepat dan tampak begitu menguasai materi. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah--apakah mereka sekadar mengingat jawaban atau benar-benar memahami makna dan konteks dari jawaban itu? Sebagai mahasiswa fakultas pendidikan, saya akan menggunakan sudut pandang pendidikan untuk membahas ini.

Taksonomi Bloom

Dalam dunia pendidikan, kita mengenal tiga ranah utama: pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pada ajang MFQ, aspek yang paling dominan adalah pengetahuan, dengan sebagian kecil keterampilan, misalnya pada soal menghitung waris atau mempraktikkan irama nagham.

Ketika membahas ranah pengetahuan, kita mengenal teori masyhur yang disebut "Taksonomi Bloom." Teori ini membagi tingkatan pengetahuan menjadi enam level: menghafal (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Dalam praktiknya, MFQ idealnya tidak hanya berhenti pada hafalan (C1) tetapi juga mencakup tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi, mengingat nama lombanya adalah "Fahm al-Qur'an", memahami Al-Qur'an.

https://uptdsmpn3bangkalan.sch.id/blog/apa-itu-taksonomi-bloom/ 

Tingkatan Soal dalam MFQ: Sekadar Menghafal atau Memahami?

Berdasarkan pengamatan saya terhadap beberapa bank soal MFQ, terlihat bahwa soal-soal yang diberikan mencakup beragam tingkatan, dari menghafal (C1) hingga menganalisis (C4). Sebagai contoh, berikut adalah beberapa contoh soal sesuai dengan tingkatan Taksonomi Bloom:

  • Menghafal (C1): "Apa nama lain dari surah Al-Isra'?" Mudah bukan? Ini hanya butuh hafalan.
  • Memahami (C2): "Berkenaan dengan siapa ayat berikut ini dan apa kisah yang terkandung di dalamnya?" Di sini, pemahaman lebih dibutuhkan.
  • Menerapkan (C3): "Pak Ahmad mempunyai seorang isteri, seorang anak perempuan, dan dua orang anak laki-laki. Berapakah zakat fitrah yang harus dikeluarkan Pak Ahmad?" Coba pikirkan cara menghitungnya.
  • Menganalisis (C4): "Sebutkan hukum tajwid yang terdapat pada ayat berikut...!" Bagian ini membutuhkan penguasaan teori dan kemampuan analisis.

Sekilas, soal-soal ini tampak menguji lebih dari sekadar hafalan. Tetapi, bagaimana praktiknya di lapangan?

Praktik yang Terjadi: Fenomena "Copy-Paste" Soal dan Efeknya

Meskipun soal-soal MFQ dirancang dengan variasi tingkatan, sayangnya dalam praktiknya, tingkatan-tingkatan ini sering kali tidak memberikan dampak yang berarti. Mengapa? Sebagian besar event MFQ menggunakan soal yang mengacu pada Bank Soal MTQN (Musabaqah Tilawatil Qur'an Nasional). Namun, sering kali, soal-soal tersebut diambil mentah-mentah atau di-copy-paste langsung dari bank soal itu, dan para peserta pun hanya menghafalnya secara rutin tanpa harus memahaminya.

Sekarang, coba bayangkan Anda sebagai peserta yang sudah menghafal soal dan jawaban yang ada. Ketika soal yang sama persis keluar di kompetisi, apakah Anda perlu berpikir panjang? Tentu saja tidak. Dampak dari hal ini adalah terjadinya apa yang dijuluki sebagai "Musabaqah Hifzhis Su'al" atau "kompetisi menghafal soal." Walaupun soal terlihat kompleks dan seolah membutuhkan pemahaman mendalam, sebenarnya semua itu hanya hafalan.

Anda mungkin pernah melihat, di babak lontaran atau adu cepat, soal baru dibacakan dua atau tiga kata, tetapi peserta sudah memencet bel dan menjawab dengan benar. Padahal, soal itu masih buram dan arah jawabannya belum jelas. Namun, jawaban mereka selalu tepat, karena sudah dihafalkan dari Bank Soal yang tersedia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline