Pesan yang paling kuat dari film ini adalah, bahwa keputusan kita memakan ikan laut bisa jadi adalah suatu kesalahan.
Lho kok bisa begitu? Ya, detil-detil yang ditampilkan secara brilian dari film dokumenter yang disutradarai oleh Ali Tabrizi, membawa kita pada kesimpulan tersebut. Menonton film dokumenter ini serasa menonton film thriller buat saya, begitu mendebarkan.
Film ini diawali dengan penuturan Ali yang begitu mencintai lautan setelah melihat pertunjukan lumba-lumba dan paus di sebuah taman laut. Setelahnya, ia terobsesi untuk mengeksplor lautan sebagaimana salah satu idolanya: Sylvia Earle.
Awalnya ia tertarik dan khawatir dengan polusi di samudra akibat banyaknya sampah plastik. Ali mendonasikan uang secara online kepada lembaga nirlaba yang dalam kampanyenya berupaya mengatasi sampah plastik di samudra.
Ia juga secara rutin mengambil sampah plastik di pantai, mengurangi penggunaan plastik yang ia praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sampai kemudian, Ali menemukan berita, melakukan investigasi lalu berkesimpulan bahwa kampanye antiplastik membawa dampak terlampau kecil.
Masalah yang lebih besar penyebab rusaknya ekosistem adalah industrialisasi lautan. Penangkapan dan pembantaian ikan besar-besaran demi uang tanpa peduli dengan efeknya.
Tahu dengan resiko yang dihadapi (dikejar polisi), Ali bersama rekannya merekam pembantaian lumba-lumba di Taiji yang dilakukan secara rutin oleh industri perikanan Jepang.
Ratusan lumba-lumba digiring ke pantai, untuk kemudian dibantai. Lumba-lumba dibunuh karena dianggap sebagai kompetitor, hama bagi kapal penangkap ikan. Hewan lucu dan pintar itu dianggap terlalu banyak makan ikan yang akan ditangkap oleh kapal besar penangkap ikan.
Karena lumba-lumba makan terlalu banyak ikan, ia perlu dibunuh supaya tangkapan ikan untuk industri bisa lebih banyak lagi. Rasa tidak nyaman saya berlanjut melihat banyaknya ikan hiu ditangkap, kemudian dipotong siripnya dan sisanya tubuhnya dibuang ke lautan begitu saja karena tidak bernilai ekonomi.
Berkarung-karung sirip ikan hiu kering diturunkan dari truk untuk dibawa ke toko di daratan Cina dan Hong Kong. Lagi-lagi Ali mendapat penolakan merekam gambar itu.