Lihat ke Halaman Asli

Agus Wahyudi

Guru SD, mencoba belajar menulis dan mendongeng

Manajemen Perilaku Siswa di Sekolah Dasar (bagian 1)

Diperbarui: 22 November 2020   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: https://jabar.tribunnews.com/2020/07/12/materi-dan-jadwal-belajar-di-rumah-tvri-senin-13-juli-2020-siswa-sd-kelas-4-6-belajar-berkebun

Guru harus memiliki kemampuan manajemen kelas yang baik. Bahkan, untuk tingkat sekolah dasar dan taman kanak-kanak, manajemen kelas dinilai lebih penting dibandingkan dengan kemampuan guru menguasai materi yang akan disampaikan. Hal ini dikarenakan, siswa pada tingkat tersebut memiliki rentang fokus yang pendek. Menurut situs halodoc yang mengutip Brain Balance Center, rerata tingkat konsentrasi anak usia 6 tahun adalah 12-18 menit, 8 tahun adalah 16-24 menit. Rumus yang dipakai adalah 2-3 menit dikalikan usia anak.

Menangani puluhan sampai ratusan siswa tidaklah mudah. Setiap siswa pasti memiliki perilaku yang unik, sebagaimana bakat mereka, karena beragam faktor yang melatarbelakanginya: keluarga, teman bermain, dan seterusnya. Di sinilah yang membuatnya menjadi cukup rumit. Sekolah perlu membuatkan aturan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Saya ingin berbagi kepada rekan guru dan pembaca terkait manajemen perilaku di tempat saya mengajar terdahulu.

Samakan Pemahaman Dahulu 

Manajemen kelas bukanlah perkara yang mudah.  Guru menjadi ujung tombak dalam mengatur perilaku siswa di kelas. Hal ini menjadi sulit jika tidak didukung oleh oleh sistem yang dibentuk dan disepakati oleh seluruh stakeholder sekolah: Kepala sekolah, guru, staf, siswa, dan orangtua. Seluruhnya harus bergerak bersama.

Sebelum aturan disepakati, kepala sekolah dan guru perlu membuatkan sistem manajemen perilaku siswa. Manajemen perilaku siswa menyangkut beberapa hal:

  • Peraturan sekolah yang berisi perilaku yang diharapkan muncul (expected behavior) dan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan (negative behavior)
  • Sistem pencatatan perilaku siswa
  • Penghargaan bagi siswa dan konsekuensi akibat pelanggaran peraturan

Dalam membuat sistem manajemen perilaku siswa, guru perlu memahami beberapa hal sebagai berikut:

 a. Prosedur vs Aturan

Prosedur dan aturan sama-sama bertujuan untuk menciptakan ketertiban. Perbedaannya, aturan mengatur sesuatu yang umum, sementara prosedur berisi sesuatu yang lebih spesifik. Contohnya adalah sebagai berikut:

Aturan

  • Wajib berbicara baik dengan melakukannya dengan cara yang sopan
  • Menghargai orang lain
  • Menjaga keselamatan diri dan orang lain
  • Datang ke sekolah tepat waktu. Keterlambatan harus dengan alasan yang bisa diterima atau dengan surat tertulis dari orangtua.

Prosedur

  • Berbaris sebelum masuk kelas
  • Mengangkat tangan jika ingin berbicara di kelas
  • Berjalan di koridor
  • Tugas yang sudah selesai diletakkan di kotak yang tersedia

Menurut Krech (2013) perbedaan diantara keduanya adalah jika siswa melanggar aturan, siswa mendapat konsekuensi, sementara pelanggaran prosedur hanya membutuhkan pengulangan. Misalnya, seorang siswa berkata kasar dan mmelakukan perundungan (bullying), artinya ia telah melanggar aturan dan patut diberikan konsekuensi. Jika siswa yang berlarian menuju toilet dari kelasnya, maka siswa telah melanggar prosedur. Guru meminta siswa kembali ke titik awal ia berlari, kemudian mengulang pergi ke toilet dengan berjalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline