Lihat ke Halaman Asli

Lebaran, Banjir dan Listrik Padam...??

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12899138911633461290

Banjir Menggenang Beberapa Desa di Wilayah Kecamatan Muara Kaman

Matahari perlahan terbenam diufuk barat, gema Adzan pertanda waktu shalat maghrib sudah tiba dan persiapan lebaran sudah tak terlalu nampak lagi di kampung nelayan ini. Disisi lain orang-orang hilir mudik di Sungai Mahakam juga sudah tak terlihat lagi. Seperti biasa tak ada yang berbeda sore hari ini, suara adzan terdengar dari masjid dan mushala. Namun yang tak biasa, saat adzan belum selesai dikumandangkan, suaranya seketika menghilang tak terdengar lagi, dan suasana kampung sekejap menjadi gelap gulita. Orang-orang yang tadinya mempersiapkan berbagai acara malam lebaran pun terusik. “Lampu Mati Om…!!!” ucap ponakanku yang masih berumur 3 tahun…. Sontak hal ini membuatku terkejut masih tak percaya, “apa iya listrik mati di malam lebaran..??” lirih hatiku….

Desa Muara Kaman Ulu itu nama kampungku, ibukota kecamatan Muara Kaman. Kecamatan Muara Kaman yang memiliki luas wilayah ± 3.410.10 km2 merupakan salah satu kecamatan tertua dan terluas kedua di kabupaten Kutai Kartanegara provinsi Kalimantan Timur, luas Kecamatan Muara Kaman 5 kali lipat luas provinsi DKI Jakarta, namun kondisi pembangunannya sangat jauh tertinggal kalau dibandingkan DKI Jakarta.

Sore menjelang Hari Raya Idul Adha di kampungku sedikit terusik oleh padamnya listrik di ibukota kecamatan Muara Kaman, persiapan untuk menyambut lebaran menjadi terganggu. Karena baru saja memasuki waktu shalat maghrib, seluruh kampung gelap gulita oleh padamnya listrik di daerah ini. Momen lebaran seperti ini seharusnya insident seperti ini tidak terjadi, namun ternyata harapan masyarakat untuk bebas byar pet listrik masih jauh dari harapan. Sampai kapan kita bisa terbebaskan dari persoalan byar pet listrik ini.

Lebaran Idul Adha kali ini memang sangat berbeda, selain listrik mati, beberapa desa di wilayah kecamatan Muara Kaman terendam banjir sejak seminggu yang lalu dan sampai hari ini. Banjir yang sudah menenggelamkan sebagian besar rumah warga dan jalan-jalan yang ada menyebabkan aktivitas warga menjadi terganggu. Aktivitas warga saat ini hanya bisa dilakukan melalui jalur sungai dengan menggunakan perahu, karena perahu menjadi satu-satunya transportasi yang bisa digunakan pada saat banjir seperti ini. Kondisi banjir kali ini juga membuat beberapa sekolah terpaksa meliburkan siswa kelas 1 dan 2 sampai nanti banjir surut.

Desa ini memang sudah terbiasa terkena banjir musiman yang terjadi hampir setiap tahun ini, dan banjir ini biasanya terjadi hingga sebulan dan bahkan lebih. Banjir yang diakibatkan oleh meluapnya sungai Mahakam ini, sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Belum terhapus dari benak kita peristiwa banjir bandang Wasior, Tsunami di Mentawai dan Meletusnya Gunung Merapi di Jogjakarta, dan beberapa bencana lainnya yang tak terdeteksi oleh media, disusul oleh banjir di daerah kami.

Warga desa sebenarnya sudah terbiasa dengan banjir ini, namun kali ini menjadi tidak biasa, karena banjir yang terjadi bertepatan dengan lebaran kurban, serta dikhiasi dengan padamnya listrik yang menjadi kebutuhan warga di desa ini. Sudah banjir, gelap gulita lagi…. Inilah yang menjadi keluhan masyarakat di desa ini. Dan tak pelak, padamnya listrik melahirkan berbagai sumpah serapah dari warga kepada pemerintah yang tak kunjung mampu menyelesaikan krisis listrik di negara ini.

Terendamnya beberapa desa di wilayah kecamatan Muara Kaman dan beberapa desa di kawasan hulu Kutai Kartanegara ini, masih belum mendapat respone oleh pemerintah kabupaten. Belum ada langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah dalam peristiwa banjir ini. Apakah menunggu terekspose oleh media terlebih dahulu, baru pemerintah daerah turun tangan…???

Banjir dan padamnya listrik disaat suasana lebaran menjadi catatan bagi saya, bahwa pemerintah kita belum mampu mensejahterakan rakyatnya. Karena kesejahteraan itu barometer utamanya adalah ketika rakyat sudah bisa terpenuhi kebutuhan dasarnya, pabila kebutuhan dasar belum terpenuhi, maka bohong besar rakyat dikatakan sejahtera….??

Mengakhiri tulisan ini, saya mengucapkan selamat merayakan hari raya Idul Adha 1431 H, semoga kita bisa mengambil banyak hikmah dari perayaan lebaran kali ini, walau dalam keadaan suka atau duka… Mudah-mudahan Lebaran ditengah banjir dan padamnya listrik kali ini menjadi yang pertama dan terakhir terjadi di daerah saya khususnya dan di seluruh penjuru negeri pada umumnya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline