Lihat ke Halaman Asli

Kapitulasi Tuntang Membuat Jawa Pernah Dikuasai Inggris

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini 2 abad silam, tepatnya tanggal 18 September 1811, terjadi peristiwa sejarah yang membuat konfigurasi kekuasaan di Eropa mengalami perubahan. Alih-alih terjadi di sebuah wilayah Eropa, peristiwa itu justru terjadi di Jawa. Tepatnya di Desa Tuntang, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Peristiwa itu adalah Kapitulasi Tuntang.

Kapitulasi Tuntang merupakan imbas dari keputusan Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens yang menyatakan menyerah sebagai akibat kekalahan dalam Perang Napoleon di Jawa. Saat itu Janssens menghadapi serangan yang dilancarkan Inggris pimpinan Jenderal Sir Samuel Auchmuty. Jadi, Kapitulasi Tuntang bisa diartikan sebagai tanda berakhirnya Perang Napoleon di Jawa.

Janssens adalah seorang perwira yang ditugaskan oleh Kaisar Napoleon untuk menggantikan Herman Willem Daendels untuk menjadi gubernur jenderal di Hindia Belanda. Saat itu Hindia Belanda dalam kekuasaan Perancis karena Belanda telah kalah oleh Perancis dalam Perang Napoleon di Eropa. Perang Napoleon melibatkan banyak kerajaan di Eropa. Karena hampir seluruh kerajaan di Eropa memiliki koloni, maka wilayah jajahannya turut kena imbasnya. Tak terkecuali Hindia Belanda. Inggris telah berhasil menduduki wilayah Hindia Belanda lainnya, kecuali Jawa. Jawalah satu-satunya yang masih dimiliki Perancis. Jadi tidak heran jika Kaisar Napoleon bersikeras ingin mempertahan Jawa.

Namun nampaknya harus ada yang disesali Kaisar Napoleon. Janssens bukanlah seorang perwira lapangan yang cakap taktik strategi berperang. Janssens memang pandai dalam urusan logistik, namun bukan dalam hal memimpin pasukan. Dia tidak lebih dari perwira salon, demikian Auchmuty menyebut Janssens.

Akibatnya, tidak banyak yang dilakukan oleh Janssens ketika pasukan Inggris menyerang Batavia pada tanggal 26 Agustus 1811 kecuali mundur ke Bogor. Dari Bogor Janssens dan pasukannya mundur ke Semarang. Di sana Janssens mendapat tambahan pasukan Eropa dari garnisun Semarang dan Surabaya. Ditambah lagi prajurit dari Kraton Surakarta dan Yogyakarta. Legiun Mangkunegara pimpinan Prang Wedana juga diberangkatkan dari Surakarta untuk membantu pihak Perancis-Belanda. Meskipun keadaan geografis di Semarang menguntungkan pihak Perancis-Belanda, namun hal itu tidak membuat pasukan Perancis-Belanda berhasil memukul mundur pasukan Inggris. Yang terjadi justru kebalikannya. Serangan yang bertubi-tubi dan mengejutkan dari pihak Inggris berhasil membuat Janssens memutuskan untuk mundur ke Ungaran.

Di Ungaran terdapat sebuah benteng yang bisa digunakan sebagai tempat perawatan pasukan yang luka-luka, namun belum sempat memulihkan kondisi pasukan dan mengatur siasat, pasukan Inggris telah berhasil menyeberangi jembatan di dekat Benteng Ungaran. Janssens dan beberapa pasukan yang tersisa terpaksa mundur ke Tuntang.

Akhirnya di Tuntang Janssens menyatakan menyerah kepada Jenderal Auchmuty. Dan lahirlah kesepakatan yang dikenal dengan Kapitulasi Tuntang. Kekalahan itu dibayar banyak oleh Perancis-Belanda. Mereka harus kehilangan Jawa. Pasukan Perancis-Belanda menjadi tawanan, sedang pegawai sipilnya bekerja pada pemerintahaan Kerajaan Inggris Raya.

Selanjutnya, untuk menunjukan bahwa Jawa telah dikuasai Inggris, Thomas Stanford Raffles ditunjuk sebagai gubernur jenderal. Hindia Belanda dikembalikan lagi kepada pihak Belanda setelah perang di Eropa usai pada 1816.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline