Lihat ke Halaman Asli

Padusan sebagai Perlambang Membersihkan Hati dan Menyucikan Jiwa

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ramadhan adalah bulan suci. Untuk menghadapi dan mengisi hari-harinya diperlukan juga kesucian. Kebersihan hati dan kesucian jiwa menjadi keharusan tak terbantahkan apabila ingin mendapatkan rahmat dan berkah selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Umat Islam khususnya di Indonesia menempatkan Ramadhan sebagai bulan yang istimewa. Hal ini terlihat bagaimana mereka memberlakukan Ramadhan dalam aktifitas budayanya.

Dalam kaitannya dengan kesucian di atas, sejauh yang saya ketahui aktifitas itu termaktub dalam kebiasaan padusan. Yakni mandi di sebuah kolam atau pemandian mata air. Kegiatan tersebut dilakukan beramai-ramai. Mulai dari anak-anak hingga usia dewasa. Baik laki-laki maupun perempuan. Padusan sendiri merupakan perlambang upaya membersihkan diri baik secara fisik maupun hati.

Hanya saja, saya tidak memiliki referensi asal muasal padusan. Bisa jadi ini merupakan cara kiai-kiai pada jamannya mengumpulkan umat Islam sekaligus mengumumkan bahwa esok telak memasuki bulan Ramadhan. Karenanya umat Islam harus membersihkan diri untuk menyambutnya.

Padusan menjadi menarik karena dilakukan beramai-ramai. Sejauh yang saya tahu, Cokro Tulung di Klaten, Pengging di Boyolali, Sendang Senjoyo di Tingkir Salatiga adalah tempat-tempat yang selalu ramai dikunjungi. Mandi bersama (tentu masih mengenakan busana) membawa mereka dalam keceriaan. Ceria bahwa esok masuk Ramadhan. Tempat ibadah puasa terlaksana.
[Telkomsel Ramadhanku]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline