Kriuk..kriuk..Rasanya gurih, manis, lengket dan berasa lama di lidah. Rasanya mengingatkan pada salah satu kuliner khas Makassar: Pisang Hijau.
Itulah kripik pisang hijau buatan Wahyuni (25) yang diberi merek Kripik Pisang Ijo. Seperti halnya makanan pisang hijau pada umumnya, bahan pembuatannya sebagian besar sama. Terdiri dari pisang, terigu, dan sirup DHT. Sirup DHT sendiri memang salah satu sirup khas Makassar, yang sudah tenar sejak dulu. Bedanya hanya pada cara pembuatan dan jenis pisang yang digunakan.
“Namanya kripik maka pisang yang digunakan yang masih mengkal, dipotong kecil-kecil lalu digoreng dengan minyak nabati,” ujar sarjana alumni STIMIK Handayani Makassar ini.
Produk ini termasuk unik. Jika makanan pisang hijau pada umumnya disajikan di dalam piring, berupa pisang yang dibalut adonan hijau dan dilumeri dengan cairan manis yang kental dan sirup DHT, maka pisang hijau kripik disajikan dalam kemasan. Bentuknya pun dipotong kecil-kecil, tidak utuh.
Tak seperti pada kripik pada umumnya, kripik buatan Wahyuni ini tidak dalam bentuk kering. Terasa basah dan lengket karena campuran sirup DHT yang telah diencerkan namun lengket.
“Meski disajikan dalam kemasan, namun tidak menghilangkan rasa khas pisang hijau seperti yang biasa kita makan,” tambah Wahyuni.
Menurut Wahyuni, ide pembuatan kripik pisang hijau ini berawal dari keinginannya untuk mengangkat kuliner khas Makassar. Di awal, ia mengira belum ada makanan pisang hijau yang dijual dalam bentuk kripik kemasan, namun kemudian ia menemukan jenis usaha ini sudah pernah diusahakan orang lain.
“Saya searching di internet ternyata pernah ada satu dua orang yang mengusahakan, namun produk yang saya buat ini berbeda dalam bahan dan cara pembuatan. Itu ternyata juga diusahakan di daerah lain,” katanya.
Kondisi ini membuat Wahyuni merasa khawatir, ketika pisang hijau justru diklaim sebagai makanan khas daerah lain, padahal sebenarnya asli dari Makassar.
“Saya pernah dengar kalau pisang hijau ini diklaim orang Bandung sebagai makanan khas sana. Padahal ini khas Makassar. Tak rela rasanya milik kita diklaim oleh orang lain.”
Meski belum diproduksi dalam skala besar, produk buatan Wahyuni ini sudah mulai dijual di beberapa toko makanan dan sekolah-sekolah.