Lihat ke Halaman Asli

WAHYU TRISNO AJI

Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Dunia Konsep Ecobodyisme

Diperbarui: 15 Januari 2025   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : ZenDesign / Pinterest

Ecobodyisme merupakan konsep yang menawarkan diri untuk sadar akan keutuhan atas segala-galanya. Manusia bahkan sebagai subjek yang berfikir, meragu, bertanya dan segala-galanya bisa tidak lepas dari segala-galanya yang sudah ada, tanpa ada atau tidaknya manusia. Konsep ecobodyisme menawarkan obat pemahaman bahwa keseluruhan ini adalah utuh tanpa manusia satukan. Manusia hanya melihat dalam perspektif kehadiran dalam tatanan kehidupan untuk ditingkatkan ditengah eksistensi ini. 

Tawaran yang coba disuguhi oleh konsep ecobodyisme adalah pemahaman akan banyak hal, tidak di buang dan dihadirkan dalam bentuk ciptaan manusia murni. Melainkan, hasil olah sintesis secara parsial dan partikular dari banyak bagian yang sebelumnya sudah utuh. Pemahaman ecobodyisme cukup sederhana, manusia meletakkan kesadaran pada diri, tubuh dan alam pada keutuhan tanpa penyatuan. Manusia berangkat menuju jurang proyek eksistensi, dimana di suguhkan dengan beragam proyek filosofis kritis eksistensial. Jika melihat dalam kacamata kompleks, ecobodyisme menawarkan konsep yang sama dengan konsep lainnya dalam ilmu pengetahuan, seperti konsep ecologi, teori fungsionalisme struktural, teori evolusi, psikologi dan teori lainnya. Ecobodyisme menawarkan konsep sintesis sari sekian banyak teori dan konsep dalam ilmu pengetahuan yang coba untuk di simplifikasi, sehingga pada titik terang yang ditawarkan oleh Ecobodyisme berupa pemahaman bahwa semuanya utuh, manusia adalah subjek hadir yang coba untuk meningkatkan sesuatu yang memang sudah ada dengan kemampuan berfikir. Dengan pemahaman seperti inilah, manusia tidak lagi merasa paling ada dan paling penting. Namun yang di tunjukkan adalah sikap bijak akan eksistensi bahwa keseluruhan ini sudah ada, namun manusia memiliki akses untuk mengenal semuanya dengan meningkatkan intensi dari satu hal dari sekian banyak hal lainnya. 

Ecobodyisme membawa opor dan kotak Pandora. Dimana berisi pemahaman berupa kesadaran akan banyak hal, tetapi subtansi dalam keseluruhan nya adalah diri yang hanya hadir bukan selamannya. Kita semua, bahkan apapun yang diketahui hanyalah persoalan hadir untuk beberapa saat oleh manusia, lalu musnah sebagai nama dari benda itu sendiri atau manusia. Sehingga, keabadian dari objek, termasuk manusia sangat mustahil. Manusia hanya memiliki ukuran akan dirinya sendiri, pengungkapan obyektif jelas batasannya adalah metodologi manusia untuk sebuah produksi pengetahuan. Ecobodyisme menerangkan hal demikian tidak bisa dihindari, diri dengan sama hal tubuh dan alam telah ada dan keutuhan mereka tidak terpisah, melainkan utuh tanpa manusia satukan. Sehingga, manusia berusaha memaksimalkan intensi kesadaran diri akan segala-galanya hadir sebagai intensitas yang dipertanggungjawabkan. Sehingga hidup bisa dinikmati dengan rasa yang diketahui, sejauh di fahami dengan hierarki dan metodologi yang sudah disepakati. Menjalaninya, meski dunia penuh akan bayang-bayang misteri yang abadi.

Konsep ecobodyisme menawarkan perjalanan untuk hidup yang bisa melangkah setapak demi setapak untuk lebih bijaksana. Tidak sekedar menerima, meskipun ada situasi dimana dikotomi kendali dalam prinsip filsafat stoikisme dipergunakan. Namun, dalil primordial dalam ecobodyisme adalah keseluruhan ini adalah utuh, dan bukan manusia pasti yang menyebabkan keutuhan ini. Manusia hanya bisa hidup, memiliki potensi untuk meningkatkan intensi pada bagian masing-masing yang diperlukan dan dipergunakan. Ecobodyisme mencoba mengeksplorasi dan mengekspresikan dalam tatanan pengetahuan dari kesadaran menuju pemahaman pembagian dalam pemikiran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline