Lihat ke Halaman Asli

WAHYU TRISNO AJI

Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Pengetahuan dan Keimanan

Diperbarui: 1 September 2024   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Daniel / Pinterest

Suatu kisah, manusia diciptakan oleh Tuhan. Manusia itu diberikan kelebihan, berupa akal untuk hidup. Tuhan, memberikan mereka tempat tinggal khusus, bahkan mereka diciptakan murni untuk hidup di tempat itu. Tuhan dengan kehendaknya, menciptakan manusia dengan segala kelebihan, sampai-sampai mahkluk lain iri padanya. 

Sejak manusia itu diciptakan, ia diberikan akal untuk berfikir. Tentang rasionalisasi segala bentuk kehidupan, kecuali kepercayaan terhadap Tuhan. Mereka harus percaya tanpa harus mengandalkan akal saja, bahkan ada situasi cukup intuisi yang mengenali nya, intuisi inilah nantinya yang dikenalkan sebagai keimanan. Manusia memahami, diberikan pemahaman lebih tepatnya. Bahwa segala selain Tuhan itu punya cara untuk dikenali, informasi untuk mengenali sesuatu itu disebut manusia sebagai pengetahuan, Sedangkan informasi untuk mengenal dan mengetahui tuhan itu disebut sebagai keimanan. Iman dan pengetahuan dimiliki manusia, bahkan mereka bisa membagi itu semua. Pengetahuan bisa saling terberi dan diterima secara metodologi maupun secara spekulasi. Sedangkan, iman hanya dikenali, dipercayai dan taati saja segala bentuk dan eksistensi nya. 

Manusia besar, tumbuh dan maju dengan perkembangan peradaban. Tetap, memegang iman dan pengetahuan dalam perjalanan kehidupan, manusia terus-menerus mencari kebenaran, sampai tanpa titik tidak ada yang menemukan. Bahkan pengetahuan manusia itu menyeluruh, tidak terbata-bata pada segala sesuatu yang masih diruang pengetahuan. Karena, manusia memahami satu postulat utama, mereka berfikir dan mereka ada (cogito ergo sum). Segala bentuk fikiran sebagai sebutan pengetahuan hadir mengandalkan rasio atau akal. Tuhan sendiri menghendaki, pengetahuan manusia dipergunakan untuk hidup, mengenali dunia dan memahami keberadaan Tuhan. 

Manusia diberikan akal, bisa saja masuk kedalam segala ranah ruang dan waktu. Karena, pengetahuan adalah cara manusia untuk tetap disebut manusia. Berfikir adalah cara manusia untuk eksis, manusia menyadari semua itu. Mereka layak melangkah dalam rentetan pengalaman yang kompleks, eskalasi atas pengetahuan selalu ada dalam statik tertinggi, sehingga manusia menjadi puncak peradaban kehidupan di muka bumi. 

Pengetahuan membuat manusia berkuasa, dengan pengetahuan manusia mengenali semuanya. Tapi batas-batas pengetahuan adalah batas yang disebut dalam fisika, maupun dalam ruang hipotesis adalah bagian kosmologi dan quantum. Namun melampaui fisika, atau panggilan konsep itu sebagai metafisika, maka itu tidak bisa diperoleh sebagai ilmu pengetahuan. Sebab tidak ada metodologi untuk menjelaskan dan mengukur metafisika sebagai ilmu pengetahuan. Namun hanya sekedar menjadi sekumpulan informasi serba spekulasi, ada toleransi sebatas saja diberikan. Namun lebih banyak mengelola adalah keimanan, konsep ini menandakan percaya saja dengan ukuran Tuhan yang menghendaki. Hanya ada penerimaan dan kepercayaan atas segala sesuatu berkenaan dengan metafisika. Dalam konsep keimanan, Tuhan tidak perlu bukti. Iman bukan menunjukkan bukti, melainkan menerima sejati atas keterbatasan pengetahuan manusia. Iman adalah puncak yang akal tidak mampu melampauinya, karena didalamnya terlalu abstrak dan tak ada metode-metode yang menggapainya. 

Sehingga..... 

Pengetahuan dan keimanan adalah dua hal yang hadir dalam diri manusia, dan secara khusus bersamaan melekat dalam manusia. Bahkan, mereka secara spesial diberikan oleh Tuhan sebagai bentuk pembeda dengan makhluk lainnya. Pengetahuan adalah informasi fisik dalam memahami dunia, dan iman adalah keyakinan dalam segala hal atas penciptaan dunia. Sehingga keduanya perlu untuk ada, tidak hanya memilih pengetahuan, karena pengetahuan tanpa keimanan hanya tentang pengetahuan rumah saja. Dan keimanan tanpa pengetahuan adalah kondisi kekosongan di alam semesta. Sehingga keduanya harus dimiliki, berada di alam semesta, mengenali, mengetahui dan meyakini keterbatasan, lalu menerima bahwa segala bentuk ciptaan adalah kehendak Tuhan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline