Seseorang tidak pernah terkenal karena sebuah kesengajaan. Namun, mereka menjadi orang-orang dikenang karena jasa yang besar. Tentu hal ini akan menjadi postulat yang tak terbantahkan. Banyak para tokoh-tokoh dunia mengabari diri mereka sebagai orang-orang penting dan berpengaruh. Yang setiap jejak karier hidupnya memberi berbagai manfaat semasa hidupnya.
Mereka adalah orang-orang yang terpilih yang mampu keluar dari zona nyaman. Kemudian menjadi pertanyaan realistis dan empiris saat ini adalah bagaimana dengan kita?, bagaimana dengan kehidupan kita, bagaimana cara membuat kita yang notabene tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dunia, namun ingin menjadi populer?. Saya sendiri secara pribadi akan mengatakan satu hal, adalah caranya mengenang diri dari tulisan dan menuliskan tentang diri sendiri.
Dalam lembaran selanjutnya, saya akan berusaha menceritakan kisah pribadi, kisah pengalaman hidup sampai dengan saya menuliskan jejak kisah saya ini.
SIAPA SAYA???...
Kita akan memulainya dari perkenalan, nama lengkapku Wahyu Trisno Aji, lahir pada tanggal 07-Maret-2002, di dusun teliah gelenter, desa sakra selatan, kecamatan sakra kabupaten lombok timur, provinsi Nusa Tenggara Barat, negara Indonesia.
Aku terlahir dari orang tua bapak bernama mukin dan ibu bernama purnawati. Besar dari orang tua yang hebat, tak perlu diragukan. Kedua orang tuaku adalah orang pertama dan akan selalu yang menjadi pertama dalam hidupku yang penuh berjasa dalam mendidik, dan membesar kan ku. Muksin (bapak) adalah orang yang pekerja keras, ia adalah sosok Laki-laki yang begitu hebat, lebih hebat dari supermen. Ia bekerja keras, banting tulang dan rela berpanas-panasan demi nafkah yang di cari untuk anak-anak dan keluarganya. Jasanya tiada terkira sampai aku sendiri kagum dengan sosok ayahku, meskipun ia cukup cuek, namun kepeduliannya terhadap anak-anaknya tidak pernah sebatas kata, namun tindakan. Kemudian purnawati (ibu) yakni sosok yang tidak ada bandingan, tidak bisa terganti sampai kapanpun. Sosok ibu satu satunya perempuan yang kupercaya hingga kini, sekaligus yang melahirkan, mendidik, dan membesarkan kan ku sampai kini. Hingga saat ini, detik inipun jasanya terus mengalir tanpa henti. Ia adalah perempuan yang tidak pernah memutuskan doa untuk anak anaknya, aku bangga dengan ibuku, ibuku adalah orang yang memberi cinta pertama kali untukku, dan selalu itu.
Aku memiliki 1 kakak laki laki bernama ris dan 2 adik perempuan bernama fitri dan al mini. Baik kakak dan adik ku adalah orang-orang hebat, mereka memiliki bakat masing-masing, satu sisi kakaku meski tidak menyelesaikan pendidikan SMA nya, tapi kalo ditanyakan soal keahlian, jangan ragukan. Bahkan ia adalah manusia yang kutemui mudah akrab dengan orang baru, dan bahkan bisa memperbaiki barang-barang elektronik dan berbakat menjadi montir, meskipun tidak pernah mempelajari nya di sekolah. Ia sendiri meyakini bahwa pengalaman pengalaman semasa hidup adalah jalan terbaik dalam mengartikan hidup.
Kemudian kedua adikku yang cantik dan jelita, fitriati wahyuni adalah adik perempuan pertamaku yang begitu anggun, dia adalah perempuan yang cerdas, dan memiliki kemampuan dalam berfikir rasional. Meskipun demikian, dia tidak ingin berkuliah dan menseriuskan kecerdasan nya, ia lebih suka dengan hidup seperti diogenes yang mencari makna hidup di luar konteks, bahkan lebih suka bergaul dengan belajar. Kemudian adikku perempuan terakhir bernama al mini, dia adalah salah satu adikku dan bahkan anak dari muksin dan purnawati yang mental seperti baja, meski tidak pintar. Tetapi ia adalah adikku yang penuh akan kepanasaranan. Suka akan tantangan, meskipun perempuan, ia membuat dirinya seperti kelakuan laki-laki atau orang biasa menyebutnya tomboy. Namun demikian, dari sanalah ia menjadi perempuan yang tidak lemah, bahkan mengerti meskipun tidak memiliki pengetahuan persoalan kesetaraan gender
Setelah menjelaskan cukup singkat keluargaku, aku lanjutkan. Wahyu Trisno Aji, Secara lengkap namaku mungkin terlalu populer di negara Indonesia secara khusus nya. Aku sering dipanggil "wahyu" Atau "aji". Tentu panggilan dari kedua nya bertendensi pada nama yang sama sama populer. Tapi apa daya, nama adalah doa, nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku yang kuartikan sendiri. Orang tuaku atau bahkan orang lain tidak pernah memberitahuku mengenai arti dari namaku yang sesungguhnya, aku berfikir, nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku memiliki makna filosofis, sosiologis dan teologis. Jelas ini agak berlebihan, tetapi namaku tentu adalah gambaran dari diriku saat ini, dan aku sendirilah yang saat ini memberikan arti dari namaku sendiri.
Nama kata " Wahyu " Berarti menyampaikan pesan, kemudian Nama kata "Trisno" Berarti sayang, cinta, kemudian "Aji" Berasal dari kata Haji. Karena kudengar dari ibuku aku lahir bertepatan bulan haji, sehingga secara cocok namaku lengkapku di akhir kata menjadi "Aji". Sehingga mengartikan secara singkat dari nama " Wahyu Trisno Aji " Adalah cinta yang di sampaikan, sosok penyampai cinta. Bahkan aku sendiri menganggap namaku ini bagai personifikasi dewa hermes, yakni dewa dewi mitologi Yunani yang bertugas menyampai orakel (bahasa dewa/dewi) kepada manusia. Wahyu Trisno Aji adalah nama yang bisa kulekatkan sebagai sosok penyampai pengetahuan yang gemar menuntut ilmu, kemudian bercita-cita menjadi seorang pengajar. Tentu minat menjadi seorang pengajar sudah melekat jauh dalam lubuk hati, saking dalamnya. Tidak ada yang bisa membedah keinginan yang melekat terlalu dalam ini.