Lihat ke Halaman Asli

WAHYU TRISNO AJI

Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Kesendirian Itu

Diperbarui: 3 April 2023   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : IGNANT / Pinterest

"Sesungguhnya manusia adalah mahkluk misterius. Ia tidak bisa terlepas dari gengaman orang lain dalam hidup. Namun sebagian mereka menikmati hidup bahagia dengan menenangkan diri dengan kesendirian"

Kesendirian

Ini bukan puisi yang mengunggah seseorang untuk melepaskan keramaian. Bukan juga tentang merevolusi paradigma sosial yang mengeliminasi struktur kehidupan. Alur kisah ini tentang sebuah cerita bagaimana manusia memilih menikmati kesendirian. 

Wahai api yang berpuisi, wahai tulisan yang terstruktur dan terhierarkis sempurna. Biarkan hamba memilih sesuai dengan kehendak diri. Wahai kantuk yang menemani manusia sepanjang malam. Izinkan ia bersanding dengan irama harmonis. Larut bagai sebuah kehormatan yang mengikat. 

Sesungguhnya kesendirian ini bukan tentang api yang dipadamkan oleh air, bukan tentang ketakutan sakit yang tak ada obat. Tetapi kesendirian adalah renungan hidup yang begitu nikmat. Massa itulah waktu mulai menjadi pengikut setia, ia dengan bijak merajak sajak hidup. Tentang hidup yang selalu dipertimbang dan diputuskan, kesendirian adalah kenikmatan yang dirasakan sebagian orang-orang terpilih. 

Manusia punya alasan memilah fakta sebagai aksara. Manusia bisa menjalankan kehidupan bahagia tanpa harus melulu bersama-sama. Kesendirian pun adalah salah satu alasan untuk bahagia, menikmati tanpa ada intervensi, menikmati hidup dengan jalur intropeksi diri. 

Kesendirian ku adalah puisi yang bisa kau angkat menjadi cerita yang sungguh luar biasa. Aku mencintai engkau sama halnya aku mencintai kesendirian ku untuk mencapai sesuatu hal. Sepiku adalah ramai, dan ributku adalah fikiran yang saling bertengkar. 

Wajar saja aku mencintai kesendirian di ruang sunyi. Tempat yang tak bisa diganggu oleh siapapun membuatku berinovasi dan bermeditasi tentang dunia dalam segala lini. Dengan kesendirian kutemukan bahagiku, ketenangan jiwa lah yang kuutamakan untuk mencapai tujuan. Ketenangan kugapai dengan kesendirian, lalu  kurencanakan satu cerita baru tentang hidup yang dihidupkan dengan mencapai kebahagiaan jalur ketenangan. 

"Wahai engkau yang mencintai kesendirian sebagai jalan ketenangan. Biarkan dirimu hanyut dengan sendirinya, biarkan ombak pengetahuan mengempasmu sejauh-jauhnya. Biarkan saja sabda setiap kata mengucapkan hal yang tak penting padamu. Yang pada intinya, biarkan semua hal pada dirimu berkonsentrasi dan bertitik pada satu tujuan, yakni ketenangan jiwa dalam kesendirian"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline