Perempuan bukan manusia kedua. Ia adalah sosok yang luar biasa. Namun pada sejarah yang di lukiskan dan diceritakan. Hanya sosok spesies yang lemah. perempuan merupakan sosok manusia kedua dalam pandangan laki-laki patriarkis, hal tersebut dibuktikan dengan apapun yang dilakukan oleh laki-laki dalam sosial juga bisa dilakukan oleh perempuan.
Perempuan tidak akan selamanya menjadi manusia nomor dua. Dianggap sebagai sosok yang tidak layak untuk menjadi nomor satu atau setara. Pandangan konservatif seperti patriarki perlu diberantas, karena pandangan ini merupakan doktrin tersesat.
Seseorang lahir sebagai manusia entah itu laki-laki maupun perempuan. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama secara sosial. Peduli dan saling menghormati. Banyak hal catatan yang di lupakan demi sebuah kepentingan dan hasrat keburukan. Tidak ada catatan yang jelas penindasan kepada perempuan diperbolehkan dengan pengecualian dalam ranah semasih perempuan itu bertindakan positif.
Melihat Bagaimana kisah seorang perempuan yang rela mati untuk kebebasan. Maka terdapat beberapa poin penting harus diambil. Kematian memang tidak menjadi satu keuntungan bagi pelakunya, akan tetapi kematian menjadi satu alternatif yang amoral untuk menjauhi dunia.
Bukan tentang Bagaimana konsekuensi pasca kematian, menjadi satu situasi awal adalah bagaimana seorang menanggapinya.
Setiap orang terlahir sama karena mereka terlahir di dunia dan oleh satu Manusia bernama perempuan. Akan tetapi terdapat demarkasi yang cukup jauh antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai hal. Terjadinya perbedaan strata dalam jenis kelamin membentuk satu pola yang membudidaya hingga saat ini.
Bahwa salah satu dari jenis kelamin harus merasakan dirinya sebagai orang yang mempertahankan keturunan, di sisi lain spesies sama, namun dengan jenis kelamin yang berbeda menjadi orang yang dominan untuk bisa menjaga orang-orang yang berusaha untuk mempertahankan spesiesnya (ini asumsi patriarki membacot semakin kuat).
Testimoni ini membuktikan bahwa sejarah telah melihat satu pola yang memang itu dibuat sesuai dengan kondisi. Bawa perempuan saat itu haruslah menjadi orang yang paling penting untuk dilindungi karena Hanya mereka yang memiliki sel telur untuk mengandung dan melahirkan. Laki-laki tak punya itu, Ia hanya bisa membuang spermanya ke sana kembali tanpa rasa bersalah.
Laki-laki merasa bahwa pada puncak ereksi lah dirinya merasa puas, mengeluarkan sperma yang di dalamnya berisi jutaan calon manusia yang jika berhasil bertemu sel telur. Maka bisa menjadi manusia yang terlahir di muka bumi.
Seorang laki-laki bebas dan leluasa dalam mengendalikan seksualitas nya, tetapi perempuan tidak. Ia hanya dibatasi, diatur sedemikian kemauan dari moral, agama hingga masyarakat sosial budaya untuk perempuan berkehidupan.