Setiap manusia memiliki beban hidup, beban yang sungguh tidak tentu. Mereka punya cara tersendiri mengekspresikan nya. Kadangkala, beban hidup selalu menghantui, padahal itu bukan problem yang menakutkan sekali.
Beban hidup datang tanpa henti, padahal dirinya tak pernah diizinkan untuk bertamu. Akan tetapi, selalu datang membawa bara api kegelisahan. Beban hidup adalah tamu yang menakutkan bagi beberapa orang, atau bahkan semua orang tidak ingin menjadi beban hidup bagi sesamannya.
Namun, begitulah hidup. Jika kita tak ingin menjadi beban orang lain, maka kita harus bisa memberikan alternatif kehidupan bagi yang lain supaya kita lah yang membantu orang, bukan setiap saat kita lah yang dibantu, disebabkan keteledoran diri kita.
Menjadi manusia bukan pilihan, tapi ia adalah takdir. Tetapi memanusiakan manusia adalah pilihan bagi kita yang memiliki kesadaran. Kita memahami bahwa beban hidup adalah salah satu buah memanusiakan manusia.
Alasannya ialah di saat kita merasa diri kita adalah orang-orang yang tak berguna, selalu menjadi beban bagi orang lain. Saat itulah kita bisa merefleksikan diri dan berubah untuk menjadi lebih baik lagi.
Tidak mungkin kita bisa menjadi orang luar biasa jika kita tak pernah menjadi orang biasa, Terkecuali kita adalah nabi.
Namun percaya saja, sejauh ini yang mungkin membaca tulisan ngelantur ini. Setiap kita adalah orang-orang yang biasa hidup sebagai beban dari yang lainnya. Akan tetapi, porsi kita menjadi beban hidup orang lain berbeda porsi.
Setiap manusia punya cara tersendiri mengatakan bahwa dirinya adalah manusia yang bermanfaat, terlepas itu dari kita yang berkecambuk dalam kebodohan, kenihilan, ketidaktahuan hingga kebingungan.
Setiap kita adalah beban hidup bagi diri kita sendiri. Namun perlu disadari adalah kita sosok terpilih yang mampu memilah keadaan hidup. Konsekuensi bagai sebuah imajinasi dan idea realitas nya adalah kata-kata yang kita manifestasi kan di dunia nyata.
HIDUP STOIKISME DALAM MENGATASI DIRI SEBAGAI BEBAN HIDUP