Lihat ke Halaman Asli

WAHYU TRISNO AJI

Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Berkeyakinan seperti Immanuel Kant, Transendental Vs Transenden

Diperbarui: 29 Agustus 2022   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Qamar Magazin

Keyakinan adalah bagaimana manusia sendiri sebagai subjek mempercayai sepenuh hati apa yang dia anggap sebagai kebenaran. Untuk menjelaskan definisi secara khusus, mungkin dibutuhkan satu buku khusus untuk menemukan jawaban dari definisi keyakinan itu sendiri. 

Tidak perlu menjadi seseorang yang diakui untuk berkeyakinan, cukup keyakinan inheren didalam setiap orang atas apa yang dianggap sebagai yang benar.

Keyakinan datang dari ketidaraguan atas segala bentuk fenomena. Kadang fenomena tersebut bisa menjadi kebenaran dalam subjek atas keyakinan itu sendiri. 

Keyakinan membawa manusia melampaui (meta) realita. Sekali seseorang meyakini sesuatu yang sangat besar dan maha, mereka hanya memilih untuk yakin. Namun keyakinan ini didasarkan pada landasan argumentasi dalam hati.

Sampai disini point yang bisa difahami mengenai keyakinan sudah cukup holistik. Dalam keyakinan sudah ada satu kunci kuat untuk menemukan pandanan kata dari keyakinan, yakni agama. 

Agama yang membawa ajaran dari Tuhan yang mempatenkan melalui utusannya. Pastinya agama bersifat mutlak, universalitas dan kebenaran nya sudah melampaui realita. 

Dengan seperti ini agama merupakan keyakinan yang telah menjadi bentuk yang mutlak dan universalitas dalam kehidupan manusia untuk manusia percayai..

Agama pastinya membawa kedamaian, ketentraman, keselamatan untuk ummatnya. Berbagai macam agama bermunculan sebagai bentuk saling judge kebenaran. Agama memiliki kebenaran nya, begitu pun manusia sebagai subjek rasional harus mampu melihat secara holistik, kompherensif dan kritis artikulasi dari kebenaran dalam agama.

Salah satu pandangan menarik untuk membahas agama yakni dalam kacamata immanuel kant. Ia merupakan sosok filsuf kelahiran prusia tahun 1724. Dan meninggal 1804. Tokoh paling berpengaruh diabad modern ini memiliki pemikiran yang amat menarik untuk dibahas dalam berbagai sisi, terutama dalam filsafat epistemologi nya. Kant memiliki pandangan yang cukup luas akan ilmu pengetahuan setelah ia mulai mendemarkasi antara pengetahuan dan keyakinan.

Hemat nya dalam karyanya kritik atas akal budi murni, ia menjelaskan bagaimana metafisika itu mungkin menjadi ilmu pengetahuan. Sebelum itu ia mulai mempertanyakan tentang bagaimana ilmu pengetahuan itu mungkin?. Pertanyaan ini akan dijelaskan panjang lebar oleh Kant dalam bukunya tersebut bahwa pengetahuan manusia memang harus berlandaskan pada empirisme/pengalaman. Tetapi pengalaman ini sendiri tidak terlepas dari ruang dan waktu yang menjadikan pengalaman juga ada pada dirinya (an sich). Hemat nya Kant menjelaskan bahwa dalam pengalaman terdapat dualitas antara noumena dan fenomena. Noumena sebagai apa yang ada didalam objek, dan fenomena merupakan penampakan objek itu sendiri. Sehingga manusia memiliki pengetahuan pengalaman hanya sekedar objek itu saja sebagai fenomena. Dalam hal ini pengalaman manusia hanya sebatas ruang-waktu yang nantinya terdapat data-data inderawi yang di konsepkan. Dua hal ini merupakan kemampuan dari subjek, kemampuan subjek itu sendiri melihat fenomena berlandaskan pada 12 kategori yang dijelaskan sebagai panduan nyata/postulat untuk penerimaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline