Lihat ke Halaman Asli

WAHYU TRISNO AJI

Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Puasa Berpikir, Bisakah?

Diperbarui: 5 April 2022   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : YANJUZ

Saat ini umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa yang berlangsung di bulan suci ramadhan. Rasanya puasa Ramadan bagi umat Islam merupakan hal-hal yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya, umat Islam bergembira menyambut puasa Ramadan yang hanya berlangsung 1 bulan tersebut. Segala hal yang dilakukan yang berbau hal-hal negatif mulai dijauhi dan kemudian umat Islam mulai melakukan peningkatan tindakan aktivitas-aktivitas yang berbau positif untuk menambah amalan Sebab di dalam puasa Ramadan pahala berlipat ganda.

Puasa yang dilihat dalam sudut menahan dari berbagai jenis hawa nafsu memang terjadi hari ini dan mungkin satu bulan kedepannya. Puasa untuk menahan hawa nafsu dan menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang berbau negatif. Namun rasanya ini memang sangat lumrah dan normal yang terjadi hari ini khususnya untuk umat Islam, namun bagaimana jika manusia sendiri berpuasa bukan menahan hawa nafsu melainkan menahan diri untuk berpikir. Yang artinya manusia melakukan refleksi ataupun aktivitas puasa berpikir,

PUASA BERPIKIR=BUKAN MANUSIA

Terkadang di dalam benak manusia tidak pernah terlintas untuk mempertanyakan Apakah ada istilah menahan diri untuk berpikir, setiap saat tanpa menunda waktu manusia terus melakukan aktivitas berpikir dan terus menerus. Dengan berpikir manusia melihat berbagai hal fenomena-fenomena baik yang terjadi di luar dirinya seperti peristiwa-peristiwa yang bisa terjelaskan maupun yang ada di dalam dirinya yang mungkin telah melekat seperti kejiwaan dan emosional. manusia bisa mencapai sesuatu di dalam konteks Bagaimana dirinya harus memperlihatkan kondisi mereka dengan bentuk algoritma-algoritma berupa penjelasan yang diungkapkan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini dibantu oleh Bagaimana fungsi dari otak untuk memprogram dengan sendiri maupun dorongan yang Liyan untuk melihat objek yang ada. Dengan harapan mampu menghasilkan output berupa program-program berpikir yang nantinya akan disampaikan ataupun diekspresikan oleh diri sendiri yang dilihat oleh manusia lainnya.

Di dalam sisi lain manusia bisa menampilkan diri mereka sebagai sesosok orang yang memang normal karena mereka (manusia yang berkesadaran) menggunakan akal untuk berpikir. Sesuatu yang bisa disampaikan berdasarkan asas-asas pertimbangan yang kemudian menghasilkan sebuah keputusan yang diungkapkan maupun langsung melalui tindakan. Fungsi dan peran seperti ini memang hasil dari manusia berpikir. Ketika manusia berpikir maka mereka mengetahui apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka putus kan di dalam kepenasaran ataupun kebimbangan yang terkadang itu menjadi sebuah problematika yang selalu diuji coba melalui berbagai metode.

Seperti bagaimana manusia melihat sesuatu objek, maka manusia memikirkan Bagaimana objek itu diberi keputusan-keputusan yang ada dan termasuk kategori apa objek tersebut sehingga manusia bisa menjelaskan dan mengungkapkan kepada manusia lainnya yang sifatnya objektif. Berpikir adalah bentuk Bagaimana keseimbangan antara objek dan subjek berjalan di dalam satu variabel. Konsep berpikir pula membuat manusia mampu melihat perspektif orang lain sebagai bentuk independensi manusia menggunakan akal mereka secara maksimal. Ketika manusia melakukan aktivitas berpikir maka manusia ada dan mereka eksis di dalam dunia yang mereka jalani, sebutan Inilah yang disebut sebagai realitas sejati. Manusia melihat berbagai hal dengan mempertimbangkan, mengamati, menganalisis, maupun mengekspresikan apa yang mereka sampaikan supaya apa yang menjadi problematika yang dilihat bisa diputuskan dan diterima sebagai bentuk objektif dan universalitas.

Setelah dijelaskan cukup holistik Bagaimana manusia dan terminologi berpikir sangat urgensi yang hadir di dalam diri manusia. Maka kembali ke pertanyaan awal Apakah manusia perlu melakukan aktivitas puasa berpikir atau tidak?, Maka pastinya jawabannya adalah tidak. Sebab ada beberapa faktor yang di mana manusia tidak mampu melakukan aktivitas berpuasa berpikir, alasan alasannya yakni :

1. Puasa berpikir adalah proses Bagaimana penundaan manusia untuk melakukan aktivitas melihat objek dengan kesadaran, padahal manusia hakikatnya nya di dalam diri telah tertanam bahwa apapun yang dilihat akan diproses menjadi sebuah pemahaman dan itu akan membuat satu tindakan atau aksi yang disebut sebagai berpikir walaupun itu tidak disampaikan pada publik.

2. Manusia adalah makhluk sosial yang di mana manusia membutuhkan satu sama lain sehingga proses berpikir akan terus terjadi di dalam ranah sosial mereka sendiri. Dengan berpikir manusia mengalami sebuah proses yang normal sebagai manusia yang bersosial

3. Manusia melihat sebuah kesadaran dari sudut pandang Bagaimana kelogisan, tersistematis, dan holistik sebuah objek yang akibatnya kesadaran itu sebagai bukti objektif yang kemudian melahirkan apa yang mereka ingin ungkapkan dan itulah yang disebut pula sebagai sudut berfikir itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline