Lihat ke Halaman Asli

WAHYU TRISNO AJI

Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Berfilsafat Sampai Kiamat

Diperbarui: 4 Januari 2022   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : Inews

Manusia merupakan sosok makhluk di muka bumi ini yang penuh dengan kebingungan yang harus di jawabnya. Terkadang munculnya kebingungan ini berasal dari segala interaksi manusia dengan alam, makhluk lain maupun Tuhan sendiri sebagai pencipta alam semesta. sebuah pertanyaan yang muncul dalam diri manusia sebagai kebingungan didasarkan karena hasrat manusia yang tidak puas atas jawaban jawaban yang memang sudah dijawab sejak dahulu oleh sejarah. 

Namun dari itu kebingungan itulah menjadi sebuah jawaban yang memang secara original ciri khas dari manusia sendiri untuk menjawab segala hal bukan dari bahan-bahan instan, melainkan manusia sendiri yang membuat pertanyaan sendiri dan menjawabnya dengan jawaban-jawaban yang melalui beberapa hal dan secara spesifik terjawab oleh instrumen-instrumen yang telah dimiliki manusia sejak dahulu kala.

Jika berkenaan dengan kebingungan. Maka tidak akan lepas dari salah satu indikasi yang kita sebut sebagai filsafat. Filsafat merupakan salah satu pengetahuan yang yang eksis di muka bumi ini sebagai salah satu pengetahuan yang dikategorikan sebagai induk induk dari ilmu pengetahuan yang kita kenal saat ini ( the mother of philosopy). 

Filsafat memang mampu untuk menjustifikasi ataupun intervensi ke dalam ilmu-ilmu yang hadir, karena segala ilmu yang hadir itu berasal dari integral filsafat, yang memang filsafat itu sendiri yang melahirkan ataupun terlibat dalam terbentuknya ilmu pengetahuan itu sendiri.

Dalam terminologi yang sederhana bahwa filsafat didefinisikan sebagai ilmu mencintai kebijaksanaan. Namun dalam hal yang paling mendasar terkadang manusia tidak tahu menahu kebijaksanaan itu dikategorikan ataupun disyaratkan sebagai hal-hal apa secara legitimasi. 

Manusia menyepakati bahwa filsafat adalah bagaimana menciptakan sebuah hal-hal yang berbau argumentatif namun terkadang cenderung ke dalam hal-hal yang menepi maupun hal-hal yang berbau Utopia (membayangkan sesuatu yang yang tidak bisa terwujudkan, namun sifat dan karakteristik nya eksis di muka bumi ini). 

FILSAFAT MENGAJARKAN PRINSIP ESKATOLOGI DALAM DUNIA UTOPIA

Dalam filsafat kita mengenal tokoh-tokoh yang memang memiliki prinsip berpikir berbeda dengan tokoh-tokoh saintifik maupun tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi. 

Mereka yaitu tokoh filsafat lebih cenderung berpikir secara misterius, alasannya adalah paradigma berfikirnya selalu tendensius kedalam hal-hal yang berbau apriori dan tenggelam ke dalam Utopia. Inilah yang akan menjadi ciri khas dari seorang filsuf yang mampu untuk menciptakan segala hal tanpa harus memiliki batasan-batasan yang jelas.

Kebijaksanaan seorang yang belajar filsafat akan ditemukan oleh orang-orang yang mendengarkannya maupun orang-orang yang belajar dari seseorang yang ahli dalam filsafat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline