Lihat ke Halaman Asli

WAHYU TRISNO AJI

Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Pertaruhan Blaise Pascal

Diperbarui: 20 November 2021   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Keberadaan tuhan memang selalu menarik perhatian bagi manusia sendiri. Yang artinya bahwa, entitas-entitas Tuhan selalu cenderung dikritisi oleh manusia yang memang tidak pernah puas terhadap jawaban-jawaban eksistensialisme dari Tuhan. Secara ilmiah. Keberadaan Tuhan secara indrawi memang tidak bisa dicapai, sebab indrawi dari manusia tidak bisa mencapai sesuatu yang tak terbatas itu sendiri. Jikapun manusia mampu mencapai eksistensialisme Tuhan, bisa dipastikan itu bukan Tuhan yang disembah oleh manusia. Melainkan sesuatu empirisme yang manusia telah analisis dengan pikiran egoisme manusia sendiri.
Banyak tokoh yang mempelajari tentang Tuhan. Namun ada salah satu tokoh yang menarik perhatian tentang eksistensialisme Tuhan. Tokoh tersebut kelahiran abad ke-17 bernama Blaise Pascal. Tokoh tersebut merupakan kelahiran Prancis dan merupakan salah satu tokoh mazhab rasionalisme.  Pemikiran Blaise Pascal terpengaruh oleh pemikiran dari bapak rasionalisme Rene Descartes yang cenderung mendestruktif pemikiran gereja.
 Namun sebaliknya, Pascal berbeda, ia memiliki prespektif yang pemikiran tentang tuhan yang lebih rasionalisme dan mungkin bisa di terima/relevansi hingga saat ini.
Pasca sendiri mengkonstruksi pemikirannya kepada orang-orang yang memiliki pemikiran radikalisme mengenai agama. Yang lebih tendensius kepada keraguan tentang eksistensialisme Tuhan. Pascal memberi pandangan bahwa bahwa eksistensialisme Tuhan bisa berlaku dengan pertaruhan. Ada tidaknya Allah menurut pascal tidak merugikan sama sekali manusia.

Jika kita beragama, dan menemukan Tuhan di akhirat nanti, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan yang sempurna dan abadi. Jika kita beragama dan mengakui adanya Tuhan, kita tidak menemukan Tuhan di akhirat nanti dan agama adalah kebohongan. Maka, Kita tidak mendapatkan kerugian apapun. Dan jika kita tidak beragama dan tidak mengakui Tuhan, dan di akhirat nanti kita menemukan Tuhan dan agama adalah kebenaran. Maka kita akan mendapatkan penderitaan dan kerugian.

Argumentasi atau pemikiran Blaise Pascal seperti itu tentang eksistensialisme Tuhan sangat logis. Apalagi banyak sekali yang membahas tentang tuhan-tuhan tersebut. Padahal manusia tidak akan rugi jika mereka mengakui adanya Tuhan. malahan entitas-entitas dogma Tuhan tersebut merupakan salah satu pendorong manusia untuk tetap hidup lebih baik lagi.

Pemikiran tentang pertaruhan ini tidak akan lepas dari mazhab rasionalisme. Disebabkan Pascal seorang rasionalisme yang bisa dikatakan taat beragama dan tetap mempertahankan dogma-dogma agama. Pascal kesal dengan orang-orang yang mengkritik soal agama Dan eksistensialisme Tuhan, padahal mereka itu tidak mampu untuk menjabarkan ataupun mengetahui tentang eksistensialisme Tuhan secara lebih mendalam lagi. Akibatnya, manusia-manusia yang mengkritisi tentang eksistensialisme Tuhan inilah yang memiliki kecacatan berpikir. Walaupun mereka menggunakan pemikiran yang begitu mendalam, namun kesimpulan yang mereka tidak akan bersesuaian dengan realitas kehidupan manusia.

#wahyutrisnoaji




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline