Lihat ke Halaman Asli

[Cerpen] Koper Hitam

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Koper hitam isi 100.000 dollar!" perintah Jendra kepada Milka, "jangan sampai kurang" lanjutnya. Milka mengeluarkan uang kertas pecahan 100 dollar dari dalam brankas, lalu menghitungnya dengan money counter portable. Setiap satu gepok uang, yang entah diperoleh dari korupsi proyek pemerintahan yang mana, ia hitung dua kali untuk memastikan jumlahnya. Semuanya ia lakukan tanpa banyak bertanya. Sementara Jendra mengeluarkan kotak cerutu dan mulai merokok.

Bau tembakau menyebar ke seluruh ruangan. Milka sebal, asap segala jenis rokok dan cerutu membuat dadanya sesak. Tetapi tentu saja ia menyembunyikan ketidaksenangannya itu, kalau Jendra, bosnya yang juga pemilik perusahaan tahu mungkin ia akan dicemooh.

"ini pak, jumlahnya tepat 100.000 dollar" kata Milka sambil meletakkan koper hitam di atas meja kerja Jendra. Milka melakukannya sambil tetap berdiri, ia ingin bisa segera keluar dari ruangan. Jendra yang semula duduk menghadap jendela memutar kursinya perlahan. Ia menghisap cerutu sekali lalu mematikan sisanya pada asbak di meja.

"duduklah," kata jendra pelan

Milka terlihat ragu-ragu.

"sudah tuli kamu! duduk!" Jendra membentak.

Milka segera menggeser kursi dan duduk. Ia sempat kaget tapi beruntung sebelum Jendra kembali membentaknya handphone Jendra berdering. Milka mendapatkan waktu untuk mengatur nafas.

"haloo pak mentri, kabar baik dong? gimana apel malangnya sudah sampai?" Jendra berbicara di handphone dengan nada santai. Mudah sekali bagi Jendra merubah nada suara meski baru saja berbicara keras kepada Milka.

Selagi Jendra berbicara di handphone, Milka menyamankan duduknya. Perlahan hawa dingin AC terasa membelai kulitnya. Sejak tadi ia terlalu tegang sampai-sampai dinginnya ruangan baru terasa sekarang. Ruangan tempat ia berada terletak di lantai 15, ukurannya tidak terlalu besar untuk ruang kerja pemimpin perusahaan besar. Isinya pun tidak penuh, hanya ada sebuah meja jati sebagai meja kerja, lalu disebelahnya terdapat satu set sofa bergaya minimalis dengan kulkas kecil disudutnya, dan di belakang meja kerja terdapat brankas yang tertanam dalam tembok. Hanya Milka dan Jendra sendiri yang tahu kode kuncinya.

Jendra masih terus berbicara di handphone. Sesekali Milka memperhatikannya berharap mendapat isyarat yang menyuruhnya keluar. Lima belas menit berlalu dan isyarat yang diharapkannya tidak juga muncul. Jendra selesai dengan pembicaraan handphonenya setengah jam kemudian.

"jadi jumlahnya sudah pas?" tanya Jendra sambil membuka koper hitam itu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline