Lihat ke Halaman Asli

Babak Akhir dari Perjuangan Reformasi 98

Diperbarui: 12 Februari 2024   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memasuki tahun ke-26 dalam genggaman reformasi, rakyat Indonesia yang hanyut dalam buaian kapitalisme dan oligarki serta ketidaksadaran akan politik membuat khawatir para civitas akademia. Gerakan yang terdiri dari kalangan guru besar, dosen, dan mahasiswa yang mengungkapkan kekhawatirannya akan kemunduran demokrasi bagaikan generang yang ditabuh seakan-akan meneriakkan bahwa Indonesia dalam keadaan #DaruratDemokrasi.

Di penghujung masa jabatannya, pondasi dinasti politik rezim jokowi semakin kokoh. Solo Connection yang merupakan orang-orang yang membersamai jokowi ketika masih menjabat sebagai walikota solo ternyata sudah berada dipuncak karir selama 2 periode jokowi berkuasa. Tidak sedikit Geng Solo menduduki jabatan yang strategis diberbagai sektor nasional maupun daerah. Selain itu keterlibatan keluarga jokowi dalam pilpres 2024 semakin meyakinkan bahwa dinasti politik yang dibangun jokowi selama hampir 2 periode ini akan rampung diakhir jabatannya.

Negara yang demokratis, jauh dari praktik KKN hanyalah utopia dan cita-cita gerakan 98. Sebuah gerakan yang organik. Kesadaran rakyat akan bahayanya nepotisme ternyata mampu melahirkan kekuatan rakyat. Gerakan 98 adalah bukti, bukti bahwa gerakan intelektual organik dapat memupuk semangat dan kekuatan untuk melawan oligarki. Namun hari ini, kita ditampar dengan kenyataan bahwa waktu berjalan dengan begitu cepat. Kita terlalu nyaman dengan perayaan kemenangan gerakan 98.

Sebut saja pelemahan KPK. KPK merupakan warisan dari reformasi 98. Hanya saja warisan tersebut sudah terlalu lemah hari ini. Revisi UU KPK yang kemudian dibarengi dengan alih status pegawai KPK menjadi ASN. Pelemahan ini begitu bertentangan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam menjaga independensi dan efektivitas lembaga anti korupsi.

Pemilu 2024 yang katanya pesta rakyat, hajat demokrasi pada akhirnya tidak diindahkan sebagaimana mestinya. Tidak ada yang benar benar merayakan hajat 5 tahunan kali ini. Kecemasan dan ketakutan menghantui mereka yang sadar akan kondisi demokrasi hari ini. Nasi sudah menjadi bubur, tapi perjuangan belum usai. Kekuatan rakyat tidak bisa terkalahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline