Siswa yang terlambat memahami baca, tulis, dan hitung (calistung) memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak, terutama orang tua dan guru. Keterlambatan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya perhatian dan pengawasan sejak dini, akses pendidikan yang terbatas, atau bahkan hambatan perkembangan.
Pemerintah telah mengambil langkah untuk mengatasi hal ini, seperti melalui Gerakan Literasi Nasional yang bertujuan meningkatkan budaya membaca di kalangan siswa, serta Program Indonesia Pintar yang memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu. Namun, menurut saya, upaya ini perlu dilengkapi dengan peningkatan pelatihan bagi guru, pendampingan individual untuk siswa yang membutuhkan, serta kolaborasi dengan orang tua agar lingkungan belajar di rumah juga lebih mendukung.
Dengan upaya yang terpadu, saya yakin siswa yang mengalami keterlambatan calistung dapat mengejar ketertinggalannya dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H