Wahyu Sapta, nomer 134.
"Cinta itu tak sepadan dengan pengorbananmu. Lepaskan! Bukankah tanpa cinta darinya, bahkan kau lebih bahagia?"
"Tapi aku sangat mencintainya, amat mencintainya. Aku tak mampu hidup tanpanya."
"Siapa bilang kau tak mampu hidup tanpanya? Hari ini kau masih bernafas kan? Dan tak mati? Kamu berlebihan Dilla!"
Aku nyengir kuda mendengar kata Indri. Ia memang sahabat sejatiku. Tapi perkataan Indri barusan sangat menyakiti hatiku. Dan ia salah, cinta itu memang membuatku serasa mati. Aku tak bisa hidup tanpanya. Hatiku beku, selama aku belum bertemu dengan Des kekasihku. Mengapa ia bilang bahwa cinta Des tak sepadan dengan pengorbananku? Bahkan aku sangat yakin, cinta Des lebih dari itu. Des mencintaku, itu janji Des padaku. Saat itu. Saat dimana ketika terakhir aku bertemu dengannya, sebelum ia terbang dengan burung besi menuju angkasa.
***