Hari Minggu kemarin, kami memancing. Kebetulan memang hobi memancing untuk mengusir kejenuhan setelah hari-hari lainnya disibukkan oleh rutinitas.
Apalagi Si Bungsu, sedang libur selesai UAS, berangan-angan sejak lama kepingin mancing. Ayah juga mendukung. Mereka sangat kompak.
Saya berkata,"Mancingnya di pemancingan saja, ya. Biar Bunda bisa ikut dan nggak kepanasan."
Ya, ya. Terkadang mereka (Ayah dan Si Bungsu) memancing di pinggir sungai dengan berpanas-panasan. Kalau yang begini, saya pilih tidak ikut. Apalagi nanti dapat ikannya kecil-kecil. Susah masaknya.
Iya dong, mereka memancing dan bundanya kebagian tugas mengeksekusi hasil pancingan menjadi sebuah masakan. Kalau ikannya kecil, bakalan bingung mau dimasak apa.
"Bun, memancing itu tantangan. Bukan hanya dapat ikan yang gede," kata Si Bungsu sambil nyengir.
"Terserah kamu lah, Dik," kata saya sambil nyengir juga.
Tetapi dua kekasih saya itu baik hati dan akhirnya memancing juga di pemancingan biar saya bisa ikut. Asyik!
Si Bungsu di menit awal langsung mendapat ikan. Wah, bahagia dia. Coba kalau lama dapat ikannya, dia bakalan cemberut.
Bahagianya mendapat ikan di menit awal. | Foto: Wahyu Sapta.