Hari kedua puasa ramadan lalu, saya mengunjungi Goa Kreo yang ada di Kampung Kandri Gunungpati Semarang.
Saya sengaja berkunjung ke sana untuk refreshing sejenak di jeda waktu menjelang berbuka.
Memang kunjungan ini tidak untuk pertama kalinya, bahkan sudah berkali-kali. Ada hal yang membuat kangen. Ya. Monyet-monyet yang berada di sana. Mereka jinak menurut saya.
Baca juga: Monyet-monyet di Goa Kreo Ternyata Jinak
Kangen memberi makan pada mereka, karena lama tidak ke sana selama pandemi berlangsung di muka bumi ini. Wah, sudah lebih dari satu tahun lamanya! Kepikiran juga, bagaimana kabar dari monyet-monyet tersebut jika jarang ada pengunjung yang datang karena biasanya pengunjung membawa makanan untuk mereka.
Seperti saya, yang sengaja datang hanya untuk memberi makan. Membeli kacang oven atau kacang rebus yang dijual di lokasi, kemudian mendekati monyet-monyet. Mereka mengerti, jika ada pengunjung, berarti juga membawa makanan. Meski tidak selalu.
Hari itu suasana sepi, karena bukan hari libur. Sengaja juga sih, karena lebih enak kalau suasana sepi daripada ramai apalagi pandemi masih ada, jadi sedikit was-was.
Masuk ke tempat wisata Goa Kreo ditarik tiket 6.500 rupiah per orang. Saya datang bersama kawan saya, 17.000 rupiah untuk dua orang sekaligus parkir. Kemudian saya parkirkan kendaraan dan membeli kacang di penjual sekitar lokasi wisata.
Ternyata hanya ada kacang garing dan bukan rebus. Habis, katanya. Baiklah, tak apa. Harga per plastiknya 12.000 rupiah.
Saya membeli dua bungkus kemudian saya taruh dalam tas kain. Selain tas tersebut, saya hanya membawa ponsel untuk memotret. Tidak membawa tas jinjing dan sengaja saya tinggal di dalam kendaraan.
Konon monyet di sini meskipun jinak, masih suka usil merebut barang dari pengunjung. Takut jika membawa barang lainnya, mereka akan merebutnya dari saya.
Bahkan pada saat itu ada pengunjung lain yang membawa botol minuman, mereka rebut dan meminumnya. Tuh, kan, meskipun jinak, mereka tetap usil.