Belajar itu tidak mengenal batas, bukan? Raihlah ilmu selama masih mampu dan mau. Nah, apa salahnya dengan belajar? Begitu pula ketika ada kesempatan untuk mengikuti belajar menulis bersama Khrisna Pabichara yang diadakan Komunitas Kompasianer Penulis Berbalas (KPB). Saya dengan antusias mengikutinya.
Sejak awal kelas dimulai, saya sudah mengikuti. Ada yang bertanya, kok ikutan kelas belajar sih? Kan sudah banyak menghasilkan tulisan? Iya. Saya tidak pernah merasa pinter, melainkan selalu ingin belajar. Karena kenyataannya, ilmu menulis itu luas sekali. Bahkan banyak hal yang tidak saya ketahui, jika saja saya tidak belajar.
Selama ini saya belajar menulis terutama fiksi, dengan membaca karya orang lain atau karya dari penulis favorit. Baik itu cerpen ataupun novel. Mempelajari bagaimana membuat alur cerita, dialog, narasi, tanda baca, ejaan yang baik dan benar. Tetapi saya mempelajarinya secara otodidak alias belajar sendiri.
Terkadang, saya belajar dengan berbagi ilmu bersama teman-teman sesama penulis fiksi lainnya. Sebagai salah satu admin dari komunitas RTC (Rumpies The Club) sebuah komunitas fiksi di Kompasiana, saya banyak belajar tentang dunia fiksi.
Mengadakan event-event fiksi, misalnya membuat cerpen dengan batasan kata dengan tema tertentu. Jadi ketika ada tantangan di Kelas Menulis Khrisna Pabhicara, saya bisa melampauinya dengan mudah. Menulis puisi, cerpen, adalah minat saya. Meskipun saat menulis puisi, saya agak kedodoran dan sulit menentukan diksi atau pilihan katanya. Menurut saya, lebih enak membuat cerpen, karena lebih bebas memilih kata daripada menulis puisi.
Etapi, saya adalah manusia biasa, yang tidak pandai-pandai amat. Menulis itu membutuhkan ketelatenan dan proses belajar yang terus menerus. Jadi ketika lama tidak menulis, itu adalah sebuah kendala. Karena kesibukan, ide menulis sering pergi tak berbekas. Sedih, pedih, tapi mau bagaimana lagi. Meskipun tetap berusaha menulis dalam kapasitas yang terbatas. Pendek dan ringan, sekedar menuangkan keluhan, agar ide sedikit menempel di dinding tulisan hati. Saya masih sering menulis di status FB atau IG. Eh, siapa tahu, suatu saat tulisan itu bisa menjadi ide kembali di kemudian hari. Bisa menjadi sebuah artikel. Kan lumayan.
Menjadi Semangat Kembali ketika Mengikuti Kelas Menulis
Lama saya tidak menulis fiksi. Karena kesibukan bekerja dan juga waktu yang tersita sebagai ibu. Tidak mudah membagi waktu, antara berperan sebagai ibu dan menyalurkan hobi menulis. Apalagi menulis fiksi itu lebih membutuhkan imajinasi, bukan sekedar menulis biasa.
Menulis fiksi, lebih menceritakan sesuatu yang terkadang tidak dialami sendiri. Bisa saja ide cerita itu dari hasil mengamati kejadian sekitar. Atau mencuri dengar pengalaman orang lain. Bisa juga bercerita tentang diri sendiri, tetapi dalam kemasan yang berbeda agar tidak terkesan seperti curhat. Nah, ini.
Ya, ya, dengan mengikuti kelas menulis Mas Khrisna, saya merasa de javu. Ingatan kembali berputaran, belajar kembali mengulang pelajaran lampau. Menjadi tambah pinter tentunya. Bukankah jika belajar berulang-ulang adalah salah satu jalan ninja buat mempelajari sesuatu agar lebih mahir? Termasuk menulis tentunya.
Saya juga menjadi lebih bersemangat ingin menulis kembali, cerpen atau cerita bersambung yang masih terbengkalai dalam draf. Membacanya kembali, mereka-reka bagaimana cerita kisah selanjutnya. Siapa tahu, bisa menjadi tulisan yang sempurna dan selesai. Tidak mangkrak. Hahaha...