Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Ibu Mengajarkan Saya tentang Arti Perempuan dan Menjadi Seorang Istri serta Ibu yang Baik

Diperbarui: 6 Desember 2020   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu mengajarkan saya tentang arti perempuan dan menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Foto: dokumen pribadi.

Berbicara tentang sosok ibu, tak akan ada habisnya. Ibu yang telah membentuk karakter saya hingga seperti sekarang. Banyak hal yang apabila dirinci dengan hitungan angka, akan menjadi sebuah hitungan tak terhingga. Jasa, kasih sayang, pelajaran hidup, ilmu pengetahuan, dan banyak hal, saya peroleh dari ibu tercinta.

Apa sih yang tidak bagi seorang ibu untuk melakukan suatu hal kebaikan demi anaknya? Seluruh daya dan upaya seorang ibu, akan tercurah bagi anak-anaknya. Meski kadang perih mengiris, tak akan dirasa. Bahkan Allah SWT memberikan kekuatan lebih untuk seorang ibu, agar bisa mempertahankan hidupnya demi anak-anak yang dicintainya.

Bersyukur saya memiliki seorang ibu yang lemah lembut, santun, dan mampu mengajarkan ilmu pengetahuan yang cukup untuk anak-anaknya. 

Ibu saya adalah seorang guru SD. Dahulu ketika saya masih kecil, sering diajak ke sekolah saat piket di hari liburan panjang sekolah. Ibu memberi buku bacaan yang ada di perpustakaan sekolah untuk dibaca sambil menunggu ibu bekerja. Hal itulah yang membuat saya menjadi senang membaca. Hingga memiliki daya imajinasi lebih, sehingga berkembang menjadi gemar menulis hingga sekarang.

Ibu saya ketika masih muda. Cantik, ya. Betapa saya mencintainya. Foto: dokumen pribadi.

Ibu Mengajarkan Saya tentang Arti Perempuan

Saya memiliki saudara perempuan dan laki-laki. Terlahir sebagai perempuan, pastinya akan berbeda karakter dengan adik saya yang laki-laki. Bertumbuh sebagai perempuan, juga berbeda dengan saudara laki-laki saya lainnya. 

Dari lahir, ibu saya mendidik anak-anaknya berbeda, antara laki-laki dan perempuan. Bahwa saya perempuan, maka saya dipakaikan rok dan diberi anting di telinga. Sedangkan saudara laki-laki memakai celana dan baju tanpa anting. Meskipun dalam mengasuh tetap dalam jangkauan dan pantauan yang sama. Pola pendidikan juga sama. Hal itulah yang menjadikan saya mengerti, oh, saya perempuan, karena memakai rok dan anting di telinga. 

Ketika beranjak remaja, saya mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Meskipun di sekolah saya diajarkan tentang reproduksi, tetapi ketika mengalaminya, tetap saja belum mengerti. Mungkin karena daya tangkap yang masih terbatas untuk anak seusia saya pada waktu itu. Mengalami kebingungan, itu pasti. 

Ketika saya bercerita pada ibu bahwa saya berdarah dan ketakutan, rasanya ingin menangis, ibu saya yang menenangkannya. Ibu berkata, bahwa itu tidak apa-apa, karena proses seorang perempuan yang beranjak besar adalah mengalami menstruasi. Saya juga ketakutan, ternyata mengalami menstruasi tidak hanya sehari melainkan beberapa hari. 

Ibu pula yang memberi pengertian bahwa menstruasi itu akan dialami setiap bulannya. Aduh, berat juga rasanya. Sedih membayangkannya. Tetapi ketika sudah terbiasa, hal itu tidak membuat saya yang masih remaja berkecil hati. Karena ibu dengan telaten mengajarkan saya bagaimana yang harus dilakukan saat kedatangan tamu bulanan atau menstruasi.

Berbagai pengetahuan tentang kewanitaan, saya dapatkan dari ibu. Tentang bagaimana yang harus dilakukan ketika mendapatkan menstruasi. Lalu bagaimana cara memakai pembalut yang benar juga cara membersihkannya. Bagaimana merawat bagian kewanitaan dan menjaga kebersihannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline