"Pak, belikan aku bunga sepatu, ya." pinta saya kepada suami. Maksudnya sih minta satu pohon saja cukup. Buat menambah koleksi tanaman di halaman rumah. Etapi, saya malah dibelikan beberapa pohon. Masih berupa bibit sih, karena pohonnya masih kecil dan berada dalam polibeg kecil. Yah, kebetulan deh, sekalian dijadikan pagar hidup di samping rumah.
Saya memang tidak begitu menyukai tanaman hias yang sedang tren. Di samping harganya pasti lebih mahal dari harga biasanya, juga takut kalau nanti tidak bisa merawatnya karena sering saya tinggal.
Kan sayang, jika mereka menjadi merana. Karena paling banter saya bisanya menyiram setiap hari sebagai tanda kasih sayang. Atau memberinya sedikit pupuk saat diperlukan.
Saya lebih menyukai tanaman hias yang berbunga, yang bisa dinikmati sehari-hari dan tahan lama. Murah meriah dan gampang didapat. Tak harus memaksa berburu tanaman karena sedang tren. Jika sudah tidak tren, sudah tidak asik lagi, tidak diburu lagi, tidak disayang lagi. Kan mereka jadi kasihan. Merana.
Bunga yang ada di halaman rumah, saya koleksi dari penjual atau dari pemberian kerabat. Ketika saya bangun subuh hari, kemudian beribadah, mengurus dapur, lalu membuka pintu, keluar rumah menghirup udara segar. Bahagia ketika berjumpa semburat warna bunga di tengah hijaunya daun. Akan berbeda dari tampakan lain, karena pembawaan warna bunga yang sudah asli indahnya.
Kadangkala, bunga yang ada di halaman memberikan wangi semerbak. Seperti pohon kemuning ketika sedang berbunga banyak. Pohon kemuning milik saya sudah belasan tahun usianya. Wangi bunga yang sedang mekar, bisa sebagai aroma terapi. Badan kemudian menjadi rileks dan urat syaraf mengendur. Alih-alih bisa menjadi obat hati. Bahagia ketika bertemu keindahan, lalu tak lupa untuk menyalurkan hobi untuk memotretnya. Cekrik!
Sukarela juga ketika mereka menjatuhkan bunga dan daun hijau yang telah menguning mengotori halaman. Saya mengambil sapu dan harus rajin membersihkannya agar sampah bunga dan daun kering tidak menumpuk. "Ini resiko menyukai tanaman, harus rajin menyapu." batin saya.
Olahraga sejenak dan berjemur untuk mendapatkan sinar matahari pagi sembari menyapu halaman. Alhamdulillah. Nikmat Tuhan mana yang hendak kau dustakan?
Hari ini yang sedang rajin berbunga adalah Bunga Sepatu atau Hibiscus. Tanaman yang dibelikan suami telah tumbuh subur dan rajin berbunga. Putih, pink, dan merah. Bergantian mekarnya, karena bunga sepatu hanya bertahan satu hari kemudian layu. Tapi sebelumnya, sudah ada bunga yang masih kuncup, untuk mekar keesokan hari sebagai gantinya. Putus berganti. Bunga-bunga selalu bermekaran. Bahagia, kan?
Meskipun begitu, tak hanya bunga sepatu saja, adenium juga rajin berbunga. Meski saya hanya memiliki satu jenis adenium, tetapi karena ia rajin berbunga, maka itu cukup menambah bahagianya hati. Apakah kebahagiaan itu muncul karena biasanya seorang wanita menyukai bunga, ya? Entahlah.
Anggrek Catleya saya juga rajin berbunga. Setiap bertunas, ia sudah membawa bunga. Akan mekar ketika telah tiba saatnya. Awalnya saya hanya memiliki dua rumpun. Minta dari ibu mertua yang hobi berburu anggrek. Lama-lama anggrek menjadi banyak.