Notif fb ku berdenting. Seseorang telah menandaiku dengan sebuah gambar. Segera kubuka postingannya. Gambar seekor kucing yang sedang bertingkah lucu. Seketika aku tertawa karenanya. Lalu aku memencet tanda tertawa di tombol dan memberi tanggapan.
Ia memang tahu, kalau aku suka kucing. Aku menebak, ia pasti juga suka. Ternyata kegemarannya sama, kan? Ada kecocokan.
"Mbak Muthi, itu kucingnya sedang apa? Kok sampai gitu sih?"
Lalu sambil bercanda ia menjawab, "Tuh kan kucingnya sedang menunggu pacarnya."
Mana ada kucing duduk di kafe dan di depannya ada secangkir kopi dan menunggu sang pacar? Mbak Muthiah memang pintar menghibur hatiku. Tawaku tak langsung reda, karena gambar itu begitu lucu.
Di tengah masa pandemi, dimana orang memang lebih banyak menengok sosmed. Untuk membunuh kebosanan, atau karena memang memiliki kebutuhan akan medsos sepertiku. Sebagai orang yang memiliki hobi menulis. Medsos adalah eksis.
Begitulah aku dan Mbak Muthiah.
Ya, ya. Aku pernah bertemu dengannya satu kali. Begitu bertemu, langsung ngobrolnya enak. Memang sebelumnya sudah sering menyapa, hanya saja lewat medsos. Yang kutahu, ia adalah penulis senior.
Awalnya aku takut untuk menyapa. Apalah aku ini. Hanya seseorang yang punya hobi menulis, sedang ia sudah memiliki jam terbang yang tinggi.
"Mbak Muthiah, ya?" sapaku pelan. Takut ia tak berkenan, meskipun aku yakin tak salah orang. Ketika ia membalas sapaanku, luruh semua apa yang ada dalam pikiranku. Orangnya low profil.