Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Cahaya Kejujuran

Diperbarui: 24 November 2023   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumaryanto, penjaga malam di kampung saya, merupakan orang yang jujur. (Foto: Dokumentasi pribadi).

Saya mengenal Sumar, awalnya sebatas petugas keamanan RT di tempat tinggal saya. Menyapa jika bertemu, beberapa kali memberi tambahan uang saku untuknya. Semua berjalan biasa. Hingga saat kemarin di akhir bulan Ramadan.

Ada sebuah peristiwa yang membuka mata, bahwa ia adalah seorang yang jujur dan saya patut mengapresiasinya.

Sehari sebelum lebaran, saya dan keluarga mudik. Berangkat dari rumah pukul dua siang. Segala persiapan dilakukan. Memang agak ribet dalam mempersiapkannya. Mulai dari baju, makanan, oleh-oleh, dan lainnya. Karena memang mudik lebaran itu berbeda dengan hari biasa.

Ketika sampai, kami bertemu dengan orangtua dan saudara. Alangkah senangnya, bersuka ria, menyambut datangnya Idul Fitri di kampung. Gema takbir mengalun sepanjang malam.
Akhirnya kami beristirahat.

Saat terbangun pukul 12 malam, saya dikejutkan oleh pemberitahuan dari tetangga, bahwa pintu depan rumah kami masih terbuka. Kejadian itu membuat kami terperanjat. Astagfirullah. Kami lupa menutup pintu. Terbuka lebar dan tidak terkunci! Meskipun pintu pagar sudah digembok.

Tentu saja membuat gaduh para tetangga yang kebetulan tidak mudik dan petugas keamanan. Sumar itulah yang pertama kali mengetahui bahwa pintu rumah kami terbuka. Pria yang bernama lengkap Sumaryanto adalah seorang yang jujur. Ia sebagai petugas keamanan RT di lingkungan kami sudah lima tahun.

Pada malam itu, seperti biasa ia berkeliling untuk mengecek keamanan. Menurut ceritanya, sebenarnya sejak Magrib, ia sudah melihat pintu rumah kami terbuka. Ia mengira, kami sekeluarga masih ada di rumah.

Ketika balik lagi pukul sepuluh malam, pintu masih saja terbuka. Ia sudah sedikit curiga, tapi belum mengambil keputusan, karena masih mengira ada orang di rumah. Hingga akhirnya pukul setengah dua belas malam, ketika pintu masih dalam posisi semula, ia curiga.

Akhirnya ia memberitahu Pak Gun, tetangga sebelah untuk mengecek bersama. Karena harus melompat pagar, maka perlu bukti. Difotolah rumah kami. Lalu mereka meminta izin untuk masuk rumah.

Kami yang sudah terlelap pada saat itu, tidak mengetahui ada telepon. Akhirnya sepakat, dibantu beberapa tetangga lainnya yang kebetulan malam itu ada di lokasi, mengecek ke dalam.

Mereka membawa peralatan pentungan, masuk ke rumah. Tujuannya waspada, karena siapa tahu ada orang asing yang berniat jahat di dalam rumah. Semua sudut rumah diperiksa. Hasilnya nihil. Tidak ada orang. Kesimpulannya, kami memang lupa menutup pintu dan menguncinya. Alhamdulillah, tidak ada barang yang hilang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline