Setelah lama bergaul dengan turis, sedikit banyak saya jadi hapal dengan karakter mereka. Jadi, ceritanya saya sering bertemu turis dari berbagai negara. Amerika, Jerman, Inggris, Perancis, Korea, Jepang, Zibabwe, Venezuela, dan masih banyak lagi. Ciiee... Dalam rangka apa? Emotion senyum.
Baruna Point, Terminal Kedatangan Internasional, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
Baruna Point, adalah sebuah bangunan yang berada di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Bangunan pertama yang bisa dituju oleh turis mancanegara sesaat setelah keluar dari Terminal Kedatangan Internasional, tempat bersandarnya kapal. Turis turun dari kapal, biasanya akan tour ke Borobudur, Kota Lama, dan tempat wisata terdekat di Semarang.
Pagi itu, bersandar Cruise Ship Volendam. Kapal pesiar dari Eropa. Adalah salah satu kapal pesiar dari mancanegara yang datang bersandar di Semarang. Paling tidak selama satu tahun ada sekitar dua puluh hingga tiga puluhan kapal yang akan bersadar membawa turis dari berbagai negara. Begitulah kira-kira saya berada di sana. Ooo... hehehe... itulah sebabnya mengapa saya sering bertemu turis mancanegara dari berbagai negara.
Ada salah satu tempat yang bernama TooKoo. Sebuah toko kecil yang menyediakan batik dan asesoris. Berbagai batik, hiasan dinding, kuningan, dan lain-lain, oleh-oleh khas Indonesia. Kurang lebih sudah tiga tahun toko ini ada. Sebenarnya toko ini bukan milik saya, melainkan milik Pak Wawan sekaligus pemilik Baruna Point, teman saya dan suami.
Ceritanya panjang, hingga saya bisa mendapat tugas menjaga toko. Singkat cerita, saya yang menentukan harga, dan bahan apa saja yang pantas untuk isian toko, sesuai dengan selera turis. Kadang-kadang, untuk mencari bahan batik dan yang lainnya, hingga toko ini berdiri, saya mengambilnya dari Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan. Dan ketika Pak Wawan dan istrinya Bu Nanies ke Bali, mereka membawa bahan yang bisa dipajang di toko. Apapun yang khas Indonesia, bisa menjadi isian toko.
Hanya pada saat kapal pesiar turis mancanegara datang saja, toko ini buka. Sedangkan hari-hari biasa, toko ini tutup. Senang saja menjadi bagian dari Baruna Point. Karena dengan begitu menambah banyak pengalaman. Mengasah kemampuan bahasa Inggris saya yang minim, menghadapi orang yang berbeda kultur, juga merupakan pengalaman yang seru. Saya dibantu Dita, seorang mahasiswa STIPARI, lumayan membantu saya saat kerepotan dalam menterjemahkan bahasa mereka.
Banyak hal yang saya temui ketika melayani turis mendapatkan barang diinginkan.
Turis Ternyata Juga Suka Menawar Saat Berbelanja
Apa iya? Bahkan dengan tawar menawar itulah, mereka merasakan telah berbelanja di sini. Jika tidak menawar, berarti belum berbelanja.
Teori menawar setengah harga juga berlaku pada mereka, loh. Tak disangka, teori tersebut ternyata sudah mendunia. Ketika saya menawarkan sebuah baju batik dengan harga 20 dollar, mereka menawar 10 dollar. O, tidak. Padahal saya memberi harga tidak terlalu tinggi dari harga pokok. Saya termasuk orang yang tidak tegaan. Jadi jika memberi harga tinggi, rasanya tidak tega.